Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengkaji Tiadanya Frasa "Terima Kasih" dalam Suku Dayak Desa

5 November 2020   12:00 Diperbarui: 29 April 2021   21:04 4195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frasa "Terima Kasih" (Sumber: pinterest.ie)

Begitu juga dalam tradisi saling bertandang (berandau) dalam komunitas adat Dayak Desa. Orang yang bertamu akan disambut dengan ramah. Bahkan tak jarang tamunya ditawari untuk makan.

Ketika sudah saatnya untuk pulang, alih-alih mengucapkan terima kasih, si tamu akan mengatakan: "Kak mupuk lau, bah". Kurang lebih artinya: "Mau pulang dulu, ya".

Tuan rumah sama sekali tidak merasa sakit sakit hati atau tersinggung. Malahan dia akan mengatakan: "Wai...ilak lau, bah. Ngapa begesak?" Artinya kurang lebih begini: "Wai...nanti dululah pulangnya. Kenapa terburu-buru?"

Dan kalau tamu sudah mulai beranjak pergi, tuan rumah akan berkata: "Mansang berandau agik, bah. Nsah jerak." Artinya: "Lain kali datang lagi, ya. Jangan jera."

Saling bertandang (berandau) memang sudah menjadi kebiasaan orang Dayak Desa. Tiadanya ungkapan terima kasih dari tamu meski sudah diberi makan, bukan menjadi masalah besar bagi mereka.

Tidak ada rasa menyesal dan sakit hati. Jalinan kekeluargaan dan persaudaraan mereka pun tidak akan menjadi rusak. Justru tuan merasa senang karena sahabat atau sanak keluarga mau bertandang ke rumah mereka. Bahkan meminta agar mereka bisa datang kembali di lain waktu.

Ketika tuan rumah menawarkan tamu untuk makan, tindakan ini pun bukan sekadar basa-basi. Bagi masyarakat suku Dayak Desa, hasil bumi yang mereka peroleh tidak pernah boleh hanya dinikmati seorang diri.

Undangan untuk menyantap hidangan yang telah tersedia merupakan ungkapan syukur atas berkat yang sudah diterima. Sekaligus sebagai wujud doa bersama agar Petara Yang Agung senantiasa melimpahkan hasil ladang yang baik dan berlimpah.

Wasana Kata 

Ungkapan terima kasih memang hampir jarang terdengar dalam keseharian hidup orang Dayak Desa. Akan tetapi, fakta ini sedikit pun tidak mengurangi semangat kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaran di antara mereka.

Walaupun demikian, fakta ini tetap menjadi perhatian, khususnya bagi para orang tua, untuk selalu mengajarkan dan mengingatkan anak-anak agar tahu berterima kasih. Fakta ini tidak bisa selalu dijadikan pembenaran ketika anak-anak lupa atau bahkan tidak pernah sama sekali berterima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun