Menarik hubungan sejarah ini, dengan keberadaan desa Serdang di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo, saya belum mendapatkan penjelasan terperinci. Namun, menjadi menarik, bahwa Desa Serdang Kabupaten Karo dengan Desa Liang Kabupaten Deli Serdang di seberangnya, hanya dipisahkan oleh gugusan perbukitan Taman Nasional Bukit Barisan, sebagai batas geografis alami desa Serdang di sebelah Timur.
Tidak jarang, apabila pemburu dari kedua desa ini tersesat di hutan, akan ditemukan oleh pemburu lain dari desa seberangnya. Pada kejadian seperti ini, seringkali antara warga kedua desa yang berseberangan terjadi interaksi. Apakah itu perdagangan (barter pada masa lalu), atau sekadar silaturahmi kerabat serumpun, yang tentu saja melibatkan acara makan-makan.
4. Lemang sebagai Simbol Budaya Serumpun
Menariknya lagi, dari berbagai referensi, kita bisa mengetahui bahwa suku-suku bangsa rumpun Melayu ini, sama-sama menjadikan lemang sebagai makanan perayaan, meskipun berbeda nama di sana-sini. Sebagaimana kita ketahui juga, ada pada suku Dayak, Ulun Lampung, Minangkabau, bahkan di Kelantan, suku Semai, pada orang-orang Banjar di Samarinda, dan mungkin masih banyak juga pada suku lainnya.
Lemang sebenarnya sudah umum dikenal di berbagai daerah. Terlepas dari berbagai perbedaan dalam penamaan, bahan-bahan, cara pembuatan dan cara penyajiannya, setidaknya lemang memiliki satu titik kesamaan pada berbagai budaya.
Lemang umumnya disajikan pada acara selamatan, pesta syukuran, atau pesta adat, sebagaimana adanya dalam "Rires" pada pesta "Kerja Tahun" suku Karo. Mirip halnya dengan penyajian nasi tumpeng, yang sudah menjadi bagian kebiasaan yang umum dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia.
Satu hal lagi yang tidak kalah penting, bahwa penelusuran sejarah, sekalipun hanya dalam balutan makanan, tidak jarang membawa kita kepada sebuah perenungan, bahwa sebenarnya kita semua memang bersaudara.
Salam kita satu keluarga.
Penulis: TT ; Editor: Awan.