Mohon tunggu...
insan buana
insan buana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertunjukan Terakhir Sebelum Aku Mati, Kalian Pasti Suka

19 Desember 2017   08:09 Diperbarui: 19 Desember 2017   22:27 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa kusadari, langkahku semakin terseok pelan, setiap memikirkan betapa banyaknya beban hidup ini, tagihan yang setiap hari semakin bertambah, tidak ada lagi tempat aku mengadu, tidak ada lagi yang peduli pada keluargaku, tapi ada yang membuatku lebih menyesakkan dada, ialah istri dan anak-anakku, kenapa mereka sabar sekali? 

Kenapa seolah-olah mereka menjalani kondisi seperti ini dengan biasa-biasa saja? Kenapa istriku tidak pernah mengeluh? Kenapa istriku masih saja bisa menyajikan makanan untuk kami semua, meski dengan menu seadanya tapi hampir selalu bercerita dengan ceria bahwa ia senang sekali telah berhasil meniru sebuah masakan dari internet: tahu cabe merah misalnya atau berhasil berkreasi dengan bahan-bahan yang tersisa di kulkas.

Ini situasi yang tidak logis bagiku, bagaimana mungkin aku ditakdirkan bersama dengan mereka, orang-orang yang sangat aku cintai terjebak disituasi sangat buruk karena kesalahanku ? Aku merasa tidak pantas, ini tidak adil. 

Mereka hampir selalu ceria, bagaimana mungkin mereka tidak pernah bertanya kepadaku mengapa situasi ini bisa terjadi dan kapan situasi ini dapat berubah menjadi lebih baik? Seharusnya mereka marah kepadaku, seharusnya mereka tidak perlu membuatku selalu tertawa bahagia setiap aku pulang mencari rezeki apa saja di luar rumah, itu malah logis bagiku, aku bisa kok menerimanya.

Aku paksakan untuk berjalan, tapi aku harus sedikit menunduk karena mata ini rasanya mulai sedikit berair, aku tidak ingin orang-orang melihat seorang badut menangis, itu bisa merusak kredibilitas badut pikirku, aku berusaha menghibur diri sendiri di dalam meskipun tidak satupun yang berhasil. 

Aku mengkhawatirkan make up-ku, jadi aku tekan pelan pelan tanganku untuk memastikan tidak ada air mata yang berhasil keluar dari mataku. Barusan rasanya mataku sedikit berair. Inilah kebiasaan buruk yang tidak bisa aku hilangkan, setiap aku dalam posisi tertekan seperti ini, aku selalu saja sakit kepala, sakit kepala secara fisik. Rasanya ada yang menekan-nekan isi kepala ini.

Akhirnya aku tiba di rumah kawan lamaku itu, setelah tiba, aku sedikit kagum terhadapnya, pantas saja ia tidak menawar tarifku. Rumahnya memang tidak terlalu besar hanya saja terletak di jalan utama yang sudah pasti harganya di atas satu miliar, anak sahabatku bersama kawan-kawannya menyambutku senang, semua berkerumun. Kawanku mengucapkan selamat datang dan mempersilakanku untuk mengatur jalannya acara. aku pun langsung menyapa anak-anak dengan tos-tosan khasku. 

Saat aku meletakan koperku untuk mengeluarkan peralatan, aku berpikir, seharusnya anak-anaku bisa bahagia seperti ini, apakah aku yang terlalu berhasil mendefinisikan arti bahagia kepada mereka? Kenapa dengan bertemu dan bercanda denganku saja mereka sudah bahagia? Harusnya tidak! Harusnya mereka bahagia karena aku mampu memberi sesuatu kepada mereka.

Aku terdiam sejenak, rasanya kepalaku semakin sakit, air mataku serasa menyerbu ingin keluar dari mataku, rasanya aku tidak akan mampu tersenyum kepada anak-anak di hadapanku ini, rasanya aku tidak sanggup melanjutkan acara ini. 

Rasanya kali ini aku tidak sanggup menyembunyikan rasa sakit di balik wajah lucuku. Dan bagaimana aku bisa mengeluarkan rentetan jokes untuk mereka, sedangkan aku sendiri adalah sebuah joke yang sebenar-benarnya?

Kepalaku bertambah lagi sakitnya, dunia ini terasa berputar-putar, leherku sekarang kaku. Aku tidak mungkin mengundurkan diri dari acara ini, aku takut kawan lamaku ini kecewa, aku takut anak-anaknya kecewa, aku takut acaranya jadi kacau, tetapi aku takut istriku di rumah bertanya kenapa make up nya rusak, aku takut istriku bertanya acara hari ini sukses atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun