Mohon tunggu...
Inot Senpai
Inot Senpai Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melarat

18 Desember 2018   11:25 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melarat sudah aku, tak punya ilmu untuk menujumu. Miskin waktu yang tiada berkesudahan, lara mendalam dalam ke tololan.

Sudah aku menggarap sebait goresan menjadi narasi panjang. Namun, tetap melarat aku di sandingkan denganmu. Tinta yang mencair dalam kertas hanya berwarna hitam tanpa arti. Lalu ku ambil spidol warna-warni, ku tarik panjang di atas tulisan yang blur. Namun, tetap saja tiada arti.

Sungguh lidah tak terucap, tak kala mata memandang goresan pena. Bukan karena makna yang terkandung, hanya saja kekosongan dalam goresan ya.

Melarat sudah aku,
Kepuasan atas kertas yang bertumpuk yang selama ini ku sebut karya. Bagai kertas lusuh di sanding denganmu.

Melarat sudah aku,
Lantas apa benar aku seorang pro?
Seperti pikiran berucap, lagak dada yang membusung, lantas tepukan tangan nangkring di dada.

Aku sang fakir ilmu, yang mendongak kepala tanpa perasa. Karyamu sungguh sebuah aksara, sang fakir yang congkak menunduk dalam. Menarik kertas perlahan, kemudian menghilang.

Melarat sudah aku,,
Melarat ilmu, melarat karya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun