Aspek superego muncul sesuai dengan pedoman atau aturan-aturan yang berlaku di luar diri individu, aturan atau norma kebudayaan yang ada di masyarakat. Superego Malik muncul sebagai anak rantau harus menjaga norma yang berlaku di mana Malik berada. Aspek superego pada malik meliputi: kesadaran akan kebutuhan hidup dan berkelahi di tempat umum.
1. Kesadaran akan kebutuhan hidup
Kesadaran akan kenutuhan hidup yang malik rasakan mengharuskan diri bekerja di pasar, walaupun ibu-ibu berkomentar bahwa tampang Malik tidak cocok kerja di pasar, ego malik dalam kutipan dialog berikut.
Â
"Kamu ganteng-ganteng, kok, mau jadi tukang angkat sayur gini, sih?"
"Ya, nggak apa-apa, Bu. Kan, Ibu bayar saya"
"Kamu nggak malu, ya, sama pacarmu?"
"Aku nggak punya pacar, Bu."
"Oalah... ganteng, kok, nggak punya pacar?"
"Karena ganteng doang nggak cukup, Bu."Â (pada menit ke 00.17.00)
Kutipan dialog di atas menunjukan kesadaran malik yang kurang mampu sehingga harus berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun muka tidak pantas bekerja sebagai tungkang akut di pasar namun ia lakukan sebagai memenuhi kebutuhan hidupnya, dan menurutnya muka ganteng saja tidak cukup untuk modal pacaran. Rumor yang berkembang di masyarakat tentang pacaran, tidak hanya membutuhkan tampang saja tapi juga perlu modal, maka dari itu Malik bekerja keras, walaupun sebenarnya hal tersebut dia lakukan bukan untuk pacaran, tetapi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.