Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merajut Harapan di Balik Gunting dan Sisir

25 Januari 2025   11:12 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merajut Harapan di Balik Gunting dan Sisir | Dokumen diambil dari: etsi.com

Hidup itu bisa menjadi sebuah cerita indah, ketika ada titik balik yang diketahui orang | Ino Sigaze.

Pada November 2023, saya mencari tempat untuk mencukur rambut di sekitar tempat tinggal. Tidak jauh dari rumah, tepat di sebelah kanan jalan menuju tempat kerja, saya menemukan sebuah barbershop kecil di Nuasede, Maulo. 

Bangunannya sederhana, hanya berukuran sekitar 3x3 meter, dengan struktur baja ringan yang terlihat bersih dan rapi. 

Di dalamnya, seorang pemuda kurus berdiri dengan gaya rambut khas, kikis di bagian samping. Ia menyambut saya dengan senyum hangat, dan saya memutuskan untuk mencoba jasanya hari itu.

Sambil ia mencukur rambut saya, saya mencoba memulai percakapan, menggali sedikit cerita tentang dirinya. Dari obrolan itu, saya mengenal siapa pemuda ini sebenarnya. 

Namanya Costa. Dengan nada suara yang tenang, ia bercerita bahwa ia hanya sempat menyelesaikan pendidikan sampai kelas dua SMA. Masalah biaya membuatnya harus meninggalkan bangku sekolah. 

Namun, ia tidak menyerah pada hidup. Dengan tekad yang kuat, ia memilih menyalurkan hobinya sebagai tukang cukur. 

Bermodal pinjaman kecil, ia memberanikan diri membuka barbershop sederhana itu di Nuasede, sebuah tempat yang ia harap menjadi awal dari perubahan hidupnya.

Namun, cerita hidup Costa ternyata lebih dalam dari yang saya bayangkan. Ia mengaku tidak pernah mengenal ayahnya---entah di mana atau seperti apa sosoknya.

Costa tumbuh tanpa bimbingan seorang ayah, dan hidupnya terombang-ambing dalam kasih sayang orang lain yang jelas berbeda dari kasih sayang orang tua kandung. 

Ibunya, yang harus menikah lagi, tidak bisa selalu berada di sisinya. Costa hidup seolah anak terlantar, meraba-raba jalannya sendiri di dunia yang keras ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun