Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Anak-Anak Suka Diajak Jalan-Jalan?

22 Januari 2025   11:00 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:00 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesukaan anak-anak untuk diajak jalan-jalan tidak pernah terpisahkan dari kerinduan mereka untuk interaksi sosial | Ino Sigaze.

Pagi ini, ketika saya hendak pergi mengambil kayu bakar, saya bertemu dengan enam orang anak di pinggir jalan. Kami berbincang sejenak, dan mereka dengan penuh antusias bertanya ke mana saya akan pergi. 

Ketika saya menyinggung bahwa saya akan berjalan ke sebuah tempat yang agak jauh, mereka tampak sangat senang mendengar hal itu dan ingin ikut. 

Kegembiraan mereka membuat saya tertarik mendalami lebih jauh: mengapa anak-anak begitu suka diajak jalan-jalan? Dalam tulisan ini, saya mencoba menjawabnya berdasarkan pengalaman tadi dan pandangan para ahli.

Rasa Ingin Tahu yang Alami

Jean Piaget menjelaskan bahwa anak-anak berada pada tahap perkembangan kognitif di mana eksplorasi lingkungan menjadi cara utama mereka belajar. 

Dalam tahap preoperational (usia 2-7 tahun), anak-anak membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui pengalaman langsung dengan lingkungan. 

Jalan-jalan menjadi kesempatan bagi mereka untuk memperkaya skema mental mereka melalui berbagai rangsangan seperti melihat pemandangan baru, mendengar suara yang beragam, atau merasakan tekstur jalanan. 

Piaget menekankan bahwa eksplorasi seperti ini adalah bagian dari cara anak-anak memahami dunia di sekitar mereka (Piaget, 1952, The Origins of Intelligence in Children, hal. 65-78).

Kesenangan yang Dihasilkan dari Aktivitas Fisik

Carol Dweck mengungkapkan bahwa aktivitas fisik, termasuk jalan-jalan, menghasilkan pelepasan endorfin, yaitu hormon kebahagiaan yang dapat meningkatkan suasana hati anak-anak. 

Selain itu, keterlibatan fisik semacam ini juga membangun rasa percaya diri dan optimisme. 

Menurut Dweck, jalan-jalan memberikan pengalaman kebebasan dan kesenangan yang menyegarkan, terutama bagi anak-anak yang sering kali bosan dengan rutinitas di rumah (Dweck, 2006, Mindset: The New Psychology of Success, hal. 102-104).

Interaksi Sosial yang Bermakna

Lev Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial dalam perkembangan anak-anak. Jalan-jalan memberi anak-anak peluang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang dewasa, maupun elemen-elemen baru di lingkungan mereka. 

Proses ini membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi, empati, dan pengambilan perspektif. 

Misalnya, saat bertemu orang baru di perjalanan, anak-anak belajar bagaimana cara menyapa atau berinteraksi dengan sopan (Vygotsky, 1978, Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes, hal. 84-91). 

Saya jadi ingat pengalaman saat Covid-19, setelah isolasi beberapa bulan tanpa harus membersihkan brewok, ternyata janggut sudah begitu panjang dan ketika dilihat oleh seorang anak saat bepergian sore, anak itu menangis ketakutan. Sore harinya saya langsung merapikan dan membersihkannya.

Stimulasi Kreativitas dan Imajinasi

Sir Ken Robinson menjelaskan bahwa pengalaman baru saat jalan-jalan dapat memicu imajinasi anak. 

Ketika anak-anak diajak keluar rumah, mereka dihadapkan pada pemandangan, suara, dan situasi yang berbeda dari biasanya, yang kemudian merangsang daya pikir kreatif mereka. 

Sebagai contoh, ketika melihat seekor burung terbang, anak mungkin bertanya-tanya bagaimana burung bisa melayang di udara, yang pada gilirannya memotivasi mereka untuk belajar lebih jauh (Robinson, 2011, Out of Our Minds: Learning to Be Creative, hal. 45-50).

Dimensi Spiritualitas Karmel: Berjalan Bersama Tuhan

Dalam spiritualitas Karmel, perjalanan sering dimaknai sebagai simbol ziarah rohani menuju persatuan dengan Tuhan. 

Santo Yohanes dari Salib menggambarkan hidup sebagai "jalan malam" yang penuh misteri, di mana setiap langkah adalah kesempatan untuk menemukan Tuhan dalam keheningan dan pengalaman sederhana. 

Ketika anak-anak diajak berjalan, mereka tanpa sadar diajak untuk hidup dalam momen sekarang, menikmati keindahan ciptaan, dan mengalami sukacita murni. 

Hal ini sejalan dengan semangat Karmel yang mengajarkan bahwa setiap perjalanan, baik fisik maupun rohani, adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. (St. John of the Cross, The Ascent of Mount Carmel, hal. 88).

Saya jadi ingat salah satu kutipan lagu  karya Koes Plus tentang "Jalan Hidup Kita" yang membawa saya kepada imajinasi tentang perjalanan dan eksplorasi bersama anak-anak:

"Jalan hidup kita berbeda, masing-masing punya cerita, suka dan duka bukanlah hal yang sia-sia, asal tetap melangkah percaya."

Kutipan ini mengajarkan bahwa setiap perjalanan, baik fisik maupun rohani, memiliki makna tersendiri. Anak-anak yang diajak jalan-jalan bukan hanya menikmati pengalaman baru, tetapi juga belajar bahwa setiap langkah adalah bagian dari cerita hidup mereka yang berharga.

Demikian juga dalam kutipan lagu "On the Road Again" oleh Willie Nelson kita temukan percikan refleksi yang indah:
"On the road again, just can't wait to get on the road again.
The life I love is making music with my friends,
And I can't wait to get on the road again."

("Di jalan lagi, aku tak sabar untuk kembali ke jalan.
Hidup yang kucintai adalah menciptakan musik bersama teman-temanku,
Dan aku tak sabar untuk kembali ke jalan.")

Lagu ini menggambarkan kegembiraan dan kebebasan yang dirasakan saat memulai perjalanan baru. Bahkan bisa dikatakan telah mengungkapkan kerinduan terdalam anak-anak yang selalu ingin kemnbali ke jalan dan melakukan perjalanan.

Penutup

Pengalaman saya pagi ini bersama enam anak di pinggir jalan menguatkan pemahaman bahwa jalan-jalan bukan hanya aktivitas rekreasi bagi anak-anak, tetapi juga pengalaman belajar yang kaya. 

Mereka tidak hanya menikmati suasana baru, tetapi juga mengembangkan keterampilan kognitif, emosional, dan sosial mereka. Melalui sudut pandang para ahli, kita dapat melihat bahwa kesenangan mereka bukan sekadar kebetulan, melainkan cerminan dari kebutuhan perkembangan alami mereka.

Salam berbagi, ino,  22 Januari 2025.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun