Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Masyarakat Digital: Di Balik Mitos Angka dan Nomor Urut dalam Pilkada

25 September 2024   17:43 Diperbarui: 26 September 2024   21:40 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Digital: Di Balik Mitos Angka dan Nomor Urut dalam Pilkada | Ilustrasi dari desain Dall E 3.

Seiring dengan derasnya arus digitalisasi yang menghempas batas-batas kehidupan masyarakat, politik pun berubah wajah | Ino Sigaze. 

Tak lagi hanya terkurung dalam bayangan angka-angka statistik, politik kini menyatu dengan bongkahan informasi yang tertaut erat pada fakta dan rekam jejak masa lalu seseorang.

Berdasarkan prinsip dan sistem yang berlaku di republik ini, pasangan calon yang maju dalam Pilkada 2024 memang layak mendapatkan nomor urut sesuai hasil undian resmi. 

Tentu saja, nomor urut ini menjadi bagian dari seni politik, membangkitkan refleksi, visi, serta semangat dalam yel-yel kampanye.

Namun, sesungguhnya, pasangan-pasangan yang maju dalam kontestasi ini tidak serta-merta bergantung pada nomor urut sebagai faktor penentu tunggal kemenangan. 

Nomor urut hanyalah bagian dari dinamika politik, sementara masyarakat digital memiliki cara pandang yang berbeda. Berikut adalah beberapa alasan mengapa masyarakat digital tidak lagi memandang nomor urut sebagai hal utama:

1. Masyarakat Digital Membutuhkan Informasi dari Beragam Sumber

Masyarakat digital adalah generasi yang senantiasa melakukan pencarian tanpa batas. Dalam konteks ini, angka-angka tak lebih dari sekadar informasi tunggal, kecuali bila disandingkan dengan tafsiran mistis yang seringkali terkesan absurd. 

Sebagian orang mungkin masih membicarakan "angka keberuntungan," namun masyarakat digital sejatinya hidup dalam bayang-bayang trauma sejarah.

Angka dan janji-janji yang bertebaran selama kampanye bukan lagi barang baru---malah terasa basi jika tidak dibarengi dengan tindakan nyata. 

Dalam Pilkada 2024 ini, yang benar-benar diperhatikan adalah keselarasan antara ucapan dan perbuatan para calon, serta seberapa jauh mereka mampu memenuhi harapan masyarakat, bukan sekadar deretan angka yang tak pernah terwujud.

2. Masyarakat Digital Tidak Memilih Pasangan Berdasarkan Undian

Masyarakat digital adalah masyarakat yang rasional, tidak mudah terbuai oleh tampilan angka-angka tanpa narasi yang solid. Mereka lebih tertarik pada narasi yang kuat dan cuplikan aksi nyata yang mendukungnya. 

Pasangan yang rajin berinteraksi dengan masyarakat melalui tindakan konkret dan dokumentasi digital menarik, itulah yang akan menjadi pilihan mereka.

Kunci keberhasilan pasangan calon kini bukan lagi memasang foto besar disertai angka urut yang mencolok, melainkan aksi nyata yang singkat, padat, dan bermakna. 

Masyarakat digital membangun citra mereka sendiri sebagai komunitas yang tidak mudah tertipu oleh janji-janji kosong tanpa bukti nyata.

3. Masyarakat Digital Membutuhkan Keberpihakan yang Jelas pada Pemerataan Pembangunan

Pilkada 2024 akan diwarnai oleh tuntutan masyarakat untuk pemerataan pembangunan. 

Di wilayah-wilayah pedalaman, akses jalan menjadi prasyarat penting bagi kelancaran distribusi komoditi, dan masyarakat akan menuntut perbaikan infrastruktur sebagai bagian dari visi pasangan calon.

Jika pasangan calon berbicara tentang pemerataan pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur seperti jalan hotmix yang menjangkau desa-desa, ini akan menjadi gimik yang relevan dan memikat. 

Gimik politik yang tepat adalah yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar memoles nomor urut dengan slogan-slogan lama yang klise.

4. Ranah Persaingan di Pilkada 2024 Akan Dipenuhi Publikasi Digital yang Dinamis

Narasi, publikasi, dan literasi digital memiliki peran yang sangat signifikan dalam Pilkada kali ini. Maka, sudah saatnya berhenti memimpikan kemenangan hanya karena "keberuntungan" yang ditentukan oleh angka undian. 

Nomor urut hanya akan membantu jika didukung dengan keterlibatan aktif dalam menjawab kebutuhan masyarakat zaman sekarang.

Tanpa narasi kuat, literasi digital yang mumpuni, dan bukti aksi nyata, gimik kemenangan akan kehilangan jejak digital yang diawasi dan dianalisis oleh para pemilih digital. 

Mereka juga akan mampu melihat pasangan mana yang hanya aktif bermedia dan beraksi selama musim kampanye, sementara keterlambatan memanfaatkan teknologi digital dapat menjadi cerminan kemalangan tersendiri dalam Pilkada 2024.

Salam berbagi, Ino, 25 September 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun