Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Alasan Menulis Tanpa Mengklaim Hobi

27 Juli 2024   10:47 Diperbarui: 27 Juli 2024   12:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran, karena pada awalnya adalah keterpaksaan semata.

Kedua, hobi itu sebesar butiran wijen. Saya merasakan bahwa hobi itu seperti satu gairah kecil yang begitu sederhana muncul bagaikan satu aroma rasa wijen pada kue kembang goyang.

Dari tulisan-tulisan yang lahir dari situasi terpaksa itu, tercium rasa dan aroma oleh orang lain yang membacanya bahwa di sana ada benih hobi menulis.

Saat mendengar ungkapan lepas itu, terkadang heran dan tidak percaya. Hal itu karena saya sendiri merasa terlalu sederhana untuk mengatakan hobi saya menulis padahal saya baru menulis dua halaman.

Hobi itu begitu kecil, tetapi benih itu akan terus tumbuh dalam situasi apapun, entah terpaksa ataupun dalam kebebasan. Saya percaya bahwa hobi itu seperti benih hidup yang jika ditekan, maka di sana akan tersiksa.

Sekarang saya merasakan bahwa jika tidak menulis dalam sehari, terasa hidup tidak menarik dan tidak enak, bahkan nyaris terasa tidak ada jika tidak menghasilkan satu artikel dalam sehari.

Ketiga, hobi itu turun ke hati. Dalam perjalanan waktu sejak 1998 hingga 2024 ini, muncul kesadaran bahwa hobi itu tetap mesti ada dalam bngkai bimbingan.

Bimbingan (Begleitung) itu mencakup entah secara formal di jenjang pendidikan melalui kebiasaan menulis tulisan ilmiah, maupun bimbingan nonformal ketika membaca tulisan-tulisan penulis lainnya.

Hobi itu baru menjadi berbuah ketika hobi itu turun ke hati. Kesadaran ini muncul karena orang bisa saja punya konsep berpikir bahwa karena hobi saya menulis, maka saya bisa menulis sebanyak-banyaknya.

Hobi itu bisa saja menjadi dangkal karena tanpa pengendapan di dasar hati. Oleh karena itu, sekalipun itu adalah hobi, bagi saya ada proses yang tidak bisa dilewatkan yakni proses internalisasi.

Pada prinsipnya selalu ada sisipan pesan yang positif dan konstruktif dalam barisan-barisan sederhana dari tulisan kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun