Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alpukat di Jerman vs Indonesia: Perbedaan Rasa Pilihan

17 Juli 2024   05:13 Diperbarui: 17 Juli 2024   13:22 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh ternyata beda banget, alpukat di Jerman dan di Tanah Kelahiran Indonesia. 

Dalam beberapa kesempatan, saya benar-benar dikejutkan oleh kesadaran dan ingatan sendiri tentang alpukat. Pasalnya, ada sejumlah perbedaan yang saya alami ketika menikmati alpukat di Jerman. 

Perbedaan itu bukan saja soal rasanya, tetapi juga soal bentuk dan warna kulit buah alpukat.

Fakta Alpukat di Jerman

Fakta yang tidak bisa disangkal adalah bahwa saya tidak pernah melihat pohon alpukat tumbuh di Jerman.

Itu berarti alpukat yang dijual di pasar maupun di tempat penjualan buah sebenarnya adalah alpukat yang datang dari luar Jerman.

Justru dalam konteks seperti itulah, saya melihat betapa pentingnya memilih jenis alpukat. 

Dalam hal ini, pembeli di Jerman tentu saja punya kriteria sendiri, alpukat mana yang mereka suka dan mana jenis yang laku di pasar sesuai selera masyarakat.

Sekalipun tidak banyak orang Jerman makan alpukat, tetap saja ada juga orang-orang tertentu yang memilih makan alpukat pada saat sarapan pagi atau Frühstück.

Teman saya sudah berusia 87 tahun, tetapi badannya tegap dan tampak seperti pemuda berusia 30 tahun. Mungkin ini karena faktor pola makan dan kebiasaan hidup yang disiplin dan teratur. 

Dia adalah satu-satunya saudara serumah yang cukup sering makan alpukat pada saat sarapan pagi. Sayangnya, jenis alpukat yang dibelinya sangat kecil dan kulitnya seperti kisut.

Memang kelihatan segar, bukan karena matang, tetapi lebih karena sudah diperam lama dan sudah lama disimpan di kulkas. Saya tidak terlalu tertarik dengan jenis alpukat seperti itu. 

Dari segi rasanya lumayan manis, tetapi karena kadang kulitnya sudah kehitaman, selera makan jadi berkurang.

Berkurangnya gairah makan alpukat di Jerman ini karena pengalaman dan rasa berbeda yang masih terngiang di dalam pikiran tentang suguhan alpukat Flores, Indonesia yang berbeda-beda bentuk buah dan rasanya.

Di wilayah kabupaten Ende dan Bajawa tumbuh beberapa jenis alpukat yang hanya bisa dibedakan dari bentuk dan ukuran buahnya serta rasanya. 

Dua Jenis Alpukat

Jenis pertama yang saya kategorikan paling disukai adalah alpukat yang berbuah bulat dengan warna buah agak kekuning-kuningan. Jenis itu paling enak dan terasa tidak terlalu berair. 

Pada saat diambil dengan menggunakan sendok, terlihat sekali dagingnya begitu tebal bisa 1,5 - 2 cm.

Buah alpukat dari jenis ini lebih besar, dan jika matang di pohonnya, maka cenderung retak pada buahnya dan jika jatuh ke tanah, beberapa menit kemudian langsung disambut oleh semut-semut. 

Jenis alpukat ini sangat enak jika dimakan bersama dengan nasi jagung. Orang bisa saja dengan mudah menikmati makan siang dengan alpukat daripada dengan sayuran yang mereka tidak suka.

Jenis kedua adalah buah alpukat yang berwarna hijau bersih dengan buah sedikit lebih panjang dan pada bagian kepalanya sedikit lebih kecil. 

Jenis ini sangat manis dan berdasarkan pengalaman pribadi, jenis ini sangat cocok jika dicampur dengan kopi. Kopi campur alpukat memang terlalu enak untuk dinikmati saat siang hari.

Sekalipun saya mencoba memisahkannya berdasarkan rasa dan kecocokan, semua itu tentu saja karena preferensi pribadi. 

Pada orang-orang tertentu, bisa saja mereka sangat menyukai kedua jenis itu dan mencampurnya dengan kopi dan nasi.

Pada tahun 1998-2000 saat mengikuti pendidikan awal di seminari, saya betul merasakan kenikmatan makan alpukat, meskipun alpukat di tanah dingin sedikit berbeda rasanya jika dibandingkan dengan alpukat dari daerah panas. 

Uniknya lagi, pada tahun-tahun itu, alpukat tumbuh di sekitar seminari dan hampir di semua kebun para petani di sekitar punya pohon alpukat. Siapa saja yang rajin bisa memetiknya pagi-pagi.

Vitamin dan Kandungan Penting dari Alpukat

Tentu saja orang tidak boleh menyepelekan peran penting dari pilihan masyarakat mengkonsumsi alpukat. 

Hal ini karena berkaitan dengan kandungan positif di dalamnya. Ada beberapa yang saya tahu dan banyak dikatakan orang, yakni:

Pertama, mengandung antioksidan. Antioksidan dalam alpukat membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

Kedua, dapat membantu menurunkan berat badan. Meskipun tinggi kalori, alpukat dapat membantu menurunkan berat badan karena membuat Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga mengurangi keinginan untuk ngemil.

Ketiga, baik untuk kulit dan rambut. Kandungan vitamin E dan lemak sehat dalam alpukat dapat membantu menjaga kesehatan kulit dan rambut, membuatnya lebih lembut dan berkilau.

Dari sorotan cerita ini, sebenarnya baik jika perlu ada ajakan dan gerakan bersama untuk budidaya alpukat.

Salam berbagi, Ino, 17 Juli 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun