Reptil pesisir itu memilih mati di sana, tanpa meninggalkan kata-kata. Tapi, batu-batu itu telah sukses mencuri perhatian penulis, agar kematiannya tidak pernah sia-sia. Wahai penulis, jangan berhenti menulis sampai kapan saja. Ada banyak benda-benda alam yang ingin bangkit, seperti momen sejarah lembah tulang dalam visi Yehezkiel.Â
Mereka bangkit dari tiupan roh ilahi yang ingin agar tulang-tulang itu hidup dan bicara. Bicara tentang kekuatan roh ilahi yang memberikan kehidupan kepada semesta alam ini.
Melalui tulisan kecil ini, lempengan batu yang seperti tercecer di pesisir itu tampak membuka diri pada momen untuk dibaca dan ditafsir.
Interpretasi penulis bagaimanapun perspektif yang disoroti tetap adalah sebuah abstraksi dari suatu keseluruhan baik itu yang sudah diungkapkan oleh orang lain, maupun yang masih tersembunyi dalam rahim kekayaan bumi dan alam ini.Â
Waktu terus berjalan, beribu mata akan memandang objek batu yang sama, namun ketika orang menulis tentangnya, di sana tersingkap kenyataan kekayaan sudut pandang yang lahir dari satu objek yang sama. Semua pasti berbeda dan menarik untuk dicernai sesuai dengan kekayaan indera dan hati yang mampu melihat dari sudut yang berbeda-beda.
Salam berbagi, Ino, 16 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H