Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tragedi di Lapangan, Kematian Zhang Zhijie dan Polemik Penangan Medis

8 Juli 2024   05:30 Diperbarui: 8 Juli 2024   05:30 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi di Lapangan: Kematian Zhang Zhijie dan Polemik Penangan Medis | Foto: newsbreak.com

Mengapa pertolongan cepat tidak diberikan? Apakah Tim Medis tidak siap? Apakah mereka tidak memiliki peralatan yang memadai di lokasi kejadian? Jika benar, maka keterlambatan beberapa menit untuk mengambil peralatan bisa berarti kehilangan kesempatan emas untuk menyelamatkan Zhang.

Suasana di GOR Amongrogo, Yogyakarta mendadak mencekam ketika Zhang Zhijie, atlet bulu tangkis muda dari China, tiba-tiba terjatuh dan mengalami kejang-kejang saat bertanding melawan atlet Jepang, Kazuma Kawamo, dalam babak penyisihan BNI Badminton Asia Junior Championship 2024. 

Kejadian mengejutkan ini menjadi pusat perhatian para pengamat dan jurnalis yang berusaha menafsir kembali kematian tragis Zhang Zhijie.

Berita kematian Zhang memicu gelombang kritik terhadap Tim Medis Indonesia. Pernyataan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, dr. Radityo Prakoso, SPJP(K), yang menegaskan pentingnya bantuan hidup dasar seperti resusitasi jantung (CPR) dan penggunaan Defibrilator Eksternal Otomatis (AED) sejak detik pertama jatuhnya Zhang, memperkeruh suasana.

Bola kritik bergulir, menyoroti respons Tim Medis Indonesia yang dianggap lamban. Memang, hanya sedikit yang memahami betapa mendesaknya tindakan cepat dalam situasi seperti ini. 

Menurut dr. Radityo, setiap detik sangat berharga. Jika tidak segera ditangani, survival rate atau tingkat kelangsungan hidup Zhang akan turun drastis.

Survival rate, atau tingkat kelangsungan hidup, adalah persentase orang yang bertahan hidup setelah jangka waktu tertentu sejak mengalami kondisi kritis atau mendapatkan diagnosis penyakit serius. 

Dalam kasus henti jantung yang disaksikan langsung (witnessed cardiac arrest), kehadiran saksi mata seharusnya memungkinkan pemberian pertolongan pertama yang cepat dan efektif, yang bisa meningkatkan peluang kelangsungan hidup dan mengurangi risiko kerusakan otak.

Lantas, mengapa pertolongan cepat tidak diberikan? Apakah Tim Medis tidak siap? Apakah mereka tidak memiliki peralatan yang memadai di lokasi kejadian? Jika benar, maka keterlambatan beberapa menit untuk mengambil peralatan bisa berarti kehilangan kesempatan emas untuk menyelamatkan Zhang.

Namun, di balik semua itu, kita juga harus mempertimbangkan faktor takdir. Dalam banyak kepercayaan, takdir adalah serangkaian peristiwa yang sudah ditentukan oleh kekuatan yang lebih besar. 

Ada yang percaya bahwa kematian Zhang adalah takdir yang tidak bisa dihindari. Dalam determinisme teologis, semua peristiwa dalam kehidupan sudah ditentukan oleh kehendak ilahi. 

Sementara determinisme filosofis menganggap semua peristiwa, termasuk tindakan manusia, adalah hasil dari rangkaian sebab-akibat yang tak terelakkan.

Dalam mitos dan budaya, takdir sering digambarkan sebagai kekuatan luar yang mengendalikan jalan hidup manusia.

 Meski begitu, banyak kepercayaan juga mengajarkan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk membuat pilihan dan bertindak dalam kerangka takdir mereka. Jadi, takdir dan kebebasan kehendak bisa saling melengkapi.

Pada akhirnya, momen jatuhnya Zhang adalah tragedi yang menyayat hati. Meskipun kita bisa menyesalkan kurangnya respons medis yang cepat, kita juga harus menerima kenyataan bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendali manusia. 

Tidak ada yang tahu kapan saat kematian akan datang, dan pada titik tertentu, kita hanya bisa menerima bahwa Zhang telah kembali kepada Sang Pencipta.

Tambahan pertanyaan yang mengemuka adalah apakah pelatihan dan persiapan Tim Medis dalam acara internasional seperti ini sudah memadai? Apakah ada protokol yang cukup ketat untuk memastikan setiap kejadian darurat bisa ditangani dengan segera? 

Insiden ini seharusnya menjadi momen introspeksi bagi pihak penyelenggara dan seluruh pihak terkait untuk menilai kembali kesiapan mereka dalam menangani situasi darurat.

Ini bukan hanya soal mempersalahkan, tapi soal belajar dari tragedi. Kejadian seperti ini seharusnya memacu semua pihak untuk meningkatkan standar keamanan dan kesehatan di arena olahraga. 

Dari penyelenggara, pelatih, hingga tim medis, semua harus memiliki pemahaman yang jelas tentang pentingnya respons cepat dan tepat saat keadaan darurat.

Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelatihan CPR dan penggunaan AED juga perlu ditingkatkan. 

dasar seperti ini seharusnya menjadi bagian dari pendidikan umum, sehingga di mana pun dan kapan pun terjadi keadaan darurat, selalu ada orang yang siap memberikan pertolongan pertama.

Kematian Zhang Zhijie bukanlah yang pertama di dunia olahraga, namun seharusnya menjadi yang terakhir. 

Kita semua harus belajar dari kejadian ini, meningkatkan kesiapan kita, dan memastikan bahwa di masa depan, tidak ada lagi nyawa yang hilang karena kurangnya penanganan medis yang cepat dan tepat.

Salam berbagi, Ino, 8 Juli 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun