Namun, kenyataannya mereka merunduk damai dan tenang, memberikan harapan kepada tuan kebun dari waktu ke waktu.
3. Berjumpa dengan Orang-orang Baru
Perjumpaan dengan orang lain, siapapun dia, selalu punya cerita unik. Perjumpaan spontan sore itu memberi saya keluasan pengalaman dan cerita tentang mitos dan legenda di sekitar mereka.Â
Masyarakat Watuneso adalah masyarakat berbahasa Lio dengan budaya dan peradaban yang mirip dengan masyarakat Ende hingga ke wilayah barat, di perbatasan dengan kabupaten Nagekeo.Â
Menariknya, ketika saya mengatakan bahwa kue cucur lebih enak dan wangi dengan beras merah, beberapa ibu-ibu Watuneso berniat mencoba membuatnya setelah musim panen tiba pada akhir Juni nanti.
4. Mendapatkan Mawar yang Dicari
Sebelum berangkat ke Watuneso, saya menyiapkan area taman kecil di sekitar Gua Maria. Saya yakin tanah di sekitar gua cocok untuk ditanami mawar. Setelah berbicara santai, saya bertanya apakah di sekitar rumah mereka ada bunga mawar.Â
Ternyata ada banyak, milik Mama Yakob. Seorang ibu bahkan pergi ke rumah Mama Yakob untuk meminta beberapa tangkai mawar untuk saya.Â
Perjumpaan sederhana itu memberikan saya apa yang dicari tanpa harus membeli, dan lebih dari itu, ada damai di hati saya ketika menikmati kopi sore bersama mereka.
Lelah dan penat menahan sabar berubah menjadi ringan dan menyenangkan. Terngiang ucapan saleh, "Kesabaran itu memberikan peluang untuk keselamatan."Â