Cerita kehidupan anak manusia tidak pernah terpisah dari perjuangannya untuk menemukan damai. Damai yang dicari itu berakar di kedalaman hati, dan betapa pentingnya kedamaian itu dalam hidup setiap orang | Ino Sigaze.
Secara teoretis, semua orang tahu bahwa damai itu penting dan diinginkan, tetapi tidak semua orang bisa menemukannya dengan mudah.Â
Mengapa demikian? Ada banyak jawaban, tentu saja, bergantung pada latar belakang dan pengalaman masing-masing individu.
Dalam sesi refleksi kali ini, saya ingin menyajikan satu model pendekatan yang bisa menjadi alternatif solusi di tengah ketidaksabaran dan pencarian damai.
Setiap hari, kita mendengar berbagai persoalan, baik yang terkait dengan hidup kita sendiri maupun yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita.Â
Namun, ada satu hal yang pasti: keterbukaan terhadap setiap situasi memacu kita untuk berpikir.
Dalam proses berpikir ini, baik secara pribadi maupun berkelompok, perlahan-lahan terasa ada yang mulai menggerogoti hati. Ada dua kemungkinan: pertama, kita bisa menjadi begitu menggebu-nggebu; kedua, kita tetap tenang, berpikir, dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik.
Pada kasus yang bersentuhan dengan diri kita, ada godaan besar untuk mengungkapkan sesuatu. Situasi ini sebenarnya adalah ujian kesabaran.Â
Bijak tentu saja, jika kita masih punya kesempatan untuk tenang berpikir sebelum berbicara. Ada ungkapan, "cepat mendengar, tapi lambat berbicara."
Kesabaran sedang berada di jalur kritis, ketika begitu banyak orang tidak bisa menunda untuk mengatakan sesuatu setelah mendengar.
 Jalur kritis ini sebenarnya bisa diatasi dengan trik sederhana yang murah dan menyenangkan. Apa triknya?
1. Berhenti Memberikan Komentar
Baru-baru ini, saya mengalami situasi yang memancing ketidaksabaran setelah mendengar sesuatu. Namun, saat saya masih cukup tenang untuk berpikir, saya memutuskan untuk berhenti berkomentar.Â
Kemampuan untuk membuat jeda dalam berbicara sangat penting agar kita tetap bisa menguasai diri dan mengendalikan tutur kata yang bisa menimbulkan salah paham dan prasangka buruk.
 Jika kita cepat memberikan komentar pada situasi di mana ada prasangka, maka rasa damai akan perlahan-lahan hilang. Lebih baik tetap tenang dan berpikir positif tentang apa yang terjadi di sekitar kita.
2. Pergi ke Tempat Baru untuk Menikmati Alam yang Indah
Trik ini tampak sederhana, tetapi terbukti sangat menolong. Baru-baru ini, dalam situasi yang benar-benar melelahkan dalam berjuang menjadi sabar, saya menikmati keindahan areal persawahan Watuneso dengan panorama senja yang memesona.
Saya berdiri sejenak, menatap bulir-bulir padi yang mulai menua dan merunduk ke bawah. Di sela-sela rundukan padi tua itu terpancar percikan cahaya matahari yang indah, membentuk satu panorama sore yang menakjubkan.Â
Inspirasi gratis datang dari alam, dan hati saya terasa begitu damai setelah menatap bulir-bulir padi yang merunduk tenang di pesisir jalan itu.
Oh, damainya padi-padi ini, mereka tidak pernah membersitkan gambaran kegelisahan meskipun hidup di pesisir jalan tanpa pagar pengaman. Mereka hidup di alam terbuka yang luas, dengan kemungkinan untuk hancur dan rusak.Â
Namun, kenyataannya mereka merunduk damai dan tenang, memberikan harapan kepada tuan kebun dari waktu ke waktu.
3. Berjumpa dengan Orang-orang Baru
Perjumpaan dengan orang lain, siapapun dia, selalu punya cerita unik. Perjumpaan spontan sore itu memberi saya keluasan pengalaman dan cerita tentang mitos dan legenda di sekitar mereka.Â
Masyarakat Watuneso adalah masyarakat berbahasa Lio dengan budaya dan peradaban yang mirip dengan masyarakat Ende hingga ke wilayah barat, di perbatasan dengan kabupaten Nagekeo.Â
Menariknya, ketika saya mengatakan bahwa kue cucur lebih enak dan wangi dengan beras merah, beberapa ibu-ibu Watuneso berniat mencoba membuatnya setelah musim panen tiba pada akhir Juni nanti.
4. Mendapatkan Mawar yang Dicari
Sebelum berangkat ke Watuneso, saya menyiapkan area taman kecil di sekitar Gua Maria. Saya yakin tanah di sekitar gua cocok untuk ditanami mawar. Setelah berbicara santai, saya bertanya apakah di sekitar rumah mereka ada bunga mawar.Â
Ternyata ada banyak, milik Mama Yakob. Seorang ibu bahkan pergi ke rumah Mama Yakob untuk meminta beberapa tangkai mawar untuk saya.Â
Perjumpaan sederhana itu memberikan saya apa yang dicari tanpa harus membeli, dan lebih dari itu, ada damai di hati saya ketika menikmati kopi sore bersama mereka.
Lelah dan penat menahan sabar berubah menjadi ringan dan menyenangkan. Terngiang ucapan saleh, "Kesabaran itu memberikan peluang untuk keselamatan."Â
Saya merasakan bukan cuma damai, tetapi suatu momen keselamatan yang terhindar dari kejenuhan dan kemarahan. Dalam percakapan yang sederhana dan apa adanya, muncul damai dan kesabaran.
Salam berbagi, Ino, 4 Juni 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI