Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Cara Mengubah Fake Productivity Menjadi Genuine Productivity

7 Mei 2024   04:26 Diperbarui: 10 Mei 2024   08:07 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara mengubah fake productivity menjadi genuine productivity |Toolmetric.com

Orang hanya bisa mengubah fake productivity menjadi genuine productivity, jika ada manajemen diri, evaluasi dan pengarsipan yang teratur | Ino Sigaze.

Dunia kesibukan manusia zaman ini punya sisi ganda dengan aneka wajah tafsir. Manusia pada satu sisi dikenal sebagai manusia pekerja atau homo faber, tetapi pada sisi yang lain manusia yang kritis dan mempertanyakan soal hasil kerja.

Daya kritis manusia dewasa ini membawa manusia sendiri ke dalam perspektif tentang produktivitas dalam kerja. Dunia kerja tidak hanya cukup sebagai tanda dari pencapaian angka reduksi pengangguran, tetapi pada sisi yang lain terkait dengan brand kepercayaan diri.

Citra kepercayaan diri seseorang sangat ditentukan oleh produktivitas. Namun kita tahu bahwa produktivitas itu adalah kata umum yang masih saja bisa berubah menjadi fake productivity.

Baca juga: Keluhan Liar

Dari kenyataan seperti itulah, kita perlu belajar bagaimana cara mengubah dari kerja yang tidak hasil maksimal atau fake productivity menjadi kerja yang memberikan hasil yang memuaskan atau genuine productivity.

Berikut ini beberapa cara mengubahnya:

1. Manajemen diri yang teratur

Manajemen diri tentu saja sangat penting sebagai pijakan untuk melihat kemajuan dan produktivitas kerja. Tanpa manajemen diri sebenarnya, orang bekerja tanpa arah.

Dalam manajemen diri, orang dibantu untuk menetapkan kedisiplinan diri yang mesti diikutinya sendiri pertama-tama, sebelum dikuti oleh orang lain atau tim kerjanya.

Manajemen diri tidak hanya berkaitan dengan waktu yang menuntun seseorang supaya menjadi pribadi yang disiplin, tetapi lebih dari itu, supaya orang mengerti kemajuan kerja dan apa yang penting dalam upayanya untuk mencapai hasil yang maksimal.

Cara mengubah fake productivity menjadi genuine productivity |Toolmetric.com
Cara mengubah fake productivity menjadi genuine productivity |Toolmetric.com
Saya jadi ingat saat kuliah, manajemen diri sangat membantu dalam hal itu. Saya tidak hanya menentukan kapan bangun tidur dan kapan waktu belajar efektif, lebih dari itu saya juga menentukan kapan saat saya bisa hening sendiri dan masuk ke dalam proses internalisasi.

2. Evaluasi kerja yang berkala

Evaluasi secara berkala dan teratur merupakan strategi yang tepat untuk mencapai genuine productivity. Sebaliknya, tanpa evaluasi kerja yang teratur dan terus-menerus, orang tidak akan tahu tentang ke mana arah perkembangan yang sedang terjadi.

Cara terbaik untuk mengetahui arah perkembangan kerja dan tentu saja untuk membedakan secara jelas apakah saat ini kerja kita adalah fake productivity atau genuine productivity adalah melakukan evaluasi yang rutin.

Memang sering dijumpai bahwa tidak banyak orang yang suka dengan metode ini. Hal ini karena orang tidak punya cukup kesabaran. Mental terburu-buru itu sebenarnya sudah menjadi indikasi dari terjadinya fake productivity.

Oleh karena itu, untuk mengubah fake productivity seseorang memang harus belajar percaya pada bimbingan orang-orang sukses, apa kata mereka.

Orang sukses tentu saja adalah orang sabar yang sangat tekun dan teliti. Tanpa itu, sudah pasti fake productivity. Keterjebakan banyak orang dalam dunia kerja ke dalam fake productivity saat ini karena orang tidak sabar melihat perkembangan yang lambat dan setahap demi setahap.

Kerinduan terbesar mereka adalah supaya cepat sukses dan cepat meraih hasil atau bahkan sebenarnya mereka ingin cepat menjadi orang kaya yang sukses, terkenal hebat di mana-mana.

Satu hal yang sering orang lupa adalah bahwa ketergesaan itu tidak selalu membuahkan hasil yang baik. Jadi, genuine productivity hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang memiliki ketenangan batin dalam merancang strategi maksimal, bertahap tapi pasti.

3. Pengarsipan yang teratur

Pengarsipan yang teratur, bisa saja masih terdengar lucu bagi telinga kebanyakan orang Indonesia. Entahlah, tetapi pengalaman membuktikan saat bekerja di Jerman pengarsipan itu sangat penting.

Pengarsipan secara tertulis itu ibarat menyimpan warisan dokumen tentang rekam jejak. Apa yang perlu diarsipkan? Tentu saja segala macam hal yang berkaitan dengan dunia kerja kita.

Saya ingat saat saya melihat orang Jerman belajar di Universitas. Saat pertama masuk kuliah, mereka sudah punya map dan diatur sekian rapih.

Bahkan di dalam kamar mereka sudah ada lemari dengan barisan kotak untuk menyimpan arsip bahan kuliah dan segala hal yang berkaitan dengan kuliah.

Tidak hanya dalam urusan kampus, teman saya bekerja di bengkel kayu saja, dia punya arsipnya sendiri. Rupanya pengarsipan itu juga adalah bagian dari cara untuk melawan lupa.

Lebih dari itu, seseorang telah mempersiapkan sebuah dokumentasi sejarah dari jejak yang pernah dilaluinya. Penelitian dan menulis sejarah selalu lebih dimudahkan oleh pengarsipan dokumentasi yang baik, baik itu foto dan data-data tertulis lainnya.

Jadi, pada prinsipnya, orang hanya bisa mengubah fake productivity menjadi genuine productivity kalau seseorang sudah menyadari betapa pentingnya manajemen diri, mampu membuat evaluasi kerja yang teratur, dan memiliki kemampuan pengarsipan dokumentasi kerja yang selanjutnya akan menjadi rekam jejak kerjanya sendiri.

Salam berbagi, 7 Mei 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun