Analisis tentang perundungan (Bullying) bisa menjadi rujukan untuk refleksi tentang penghayatan nilai-nilai kemanusiaan dalam dunia kedokteran | Ino Sigaze
Sorotan terhadap persoalan sosial akan semakin menarik karena masalah tersebut bersentuhan dengan kehidupan dan profesi tertentu yang memiliki landasan moral dan etika yang kokoh.
Kedokteran tentu saja merupakan profesi yang dikagumi dan mengagumkan di tengah masyarakat. Profesi kedokteran bisa saja dikategorikan sebagai jenis profesi bergengsi.
Tidak semua orang dengan latar belakang tertentu dapat meraih studi kedokteran dan karena itu tidak mengherankan jika profesi ini memiliki bayaran jasa yang sangat menggiurkan apalagi dokter spesialis.
Bukan hanya masalah bayaran jasa mereka, tetapi juga bahwa jasa kerja mereka sesungguhnya tidak dapat dinilai dengan uang karena berkaitan dengan keselamatan manusia.
Oleh karena itu, jenjang pendidikan dan tingkat kesulitan pendidikan kedokteran sebenarnya telah mempersiapkan seseorang untuk mencapai kematangan emosional, intelektual, dan hati yang dapat diandalkan.
Meskipun demikian, kenyataan yang mengagumkan itu menjadi kontroversial yang tidak habis dipikirkan karena munculnya kenyataan perundungan dalam lembaga pendidikan kedokteran.
Pertanyaannya adalah mengapa bisa terjadi perundungan di sekolah kedokteran? Beberapa alasan yang sangat mungkin menjadi penyebab terjadinya perundungan adalah:
1. Tekanan Tuntutan Akademik dan Persaingan
Perundungan bisa terjadi karena alasan tekanan tuntutan akademik dan disertai dengan persaingan. Tuntutan akademik yang tinggi dengan janji yang sangat menggiurkan bagi siapa pun yang meraihnya, tentu saja menjadi pemicu rasa dan emosi.
Tanpa disadari, mahasiswa kedokteran terjebak dalam arus perspektif bahwa mereka hidup dalam satu gelanggang pertandingan dengan logika semu yang dangkal.
Siapa yang kuat, maka dia akan menang; jika dia cepat dan cerdas, maka dia akan meraih yang terbaik. Bahkan bisa saja orang berpikir bagaimana caranya untuk menghambat perkembangan orang lain agar dirinya menjadi yang terbaik.
Persaingan yang tidak sehat sangat mungkin dianggap lumrah, dan perundungan bisa menjadi cara yang dipakai untuk menghambat perkembangan akademik sesama teman.
Jika secara psikologis seseorang terganggu, maka dia tidak akan bisa fokus pada orientasi tujuan (ziel) yang dimilikinya. Dan jika keadaan ini tidak terdeteksi sejak dini, maka sudah pasti tanpa ada usaha untuk memasuki proses kuratif.
2. Landasan Moral dan Etika yang Tidak Mendalam
Perundungan dalam situasi apa pun dan untuk siapa pun sudah pasti tidak benar. Hukum di negara mana pun tidak membenarkan aksi perendahan dan pelecehan pribadi seseorang.
Pada prinsipnya, setiap orang secara naluriah tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak berkenan, mana yang pantas dan mana yang melanggar hak asasi manusia.
Nah, jika pengandaian tersebut benar, maka ada beberapa kemungkinan: Pertama, iklim kampus tentu saja tidak sehat karena lemahnya kepedulian pada nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, pelajaran tentang moral dan etika mungkin tidak berakar mendalam dalam hati setiap orang.
Untuk mengetahui alasan mengapa terjadi kedangkalan pemahaman itu, peneliti bisa mempelajari latar belakang pemahaman mereka tentang nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Atau bisa saja karena landasan pemahaman keagamaan yang dangkal, sehingga mereka dapat memahami bahwa perundungan dapat dipahami sebagai hal yang diterima.
Formasi pendidikan nilai tentu saja menjadi sorotan penting untuk mengkaji lebih lanjut terkait fenomena perundungan yang tentu saja terjadi pada lembaga pendidikan kedokteran.
3. Lemahnya Pendidikan Nilai dari Rumah
Rumah dapat menjadi akar dari persoalan ini karena jika landasan pendidikan anak sudah kuat ditanamkan dari rumah oleh orang tua mereka, maka anak-anak akan dibesarkan dengan bekal penanaman nilai yang baik.
Kita tidak tahu dengan pasti latar belakang mahasiswa-mahasiswi kedokteran. Kemungkinan selalu ada bahwa tidak semua memiliki latar belakang yang baik dengan fondasi nilai yang kuat sejak dari rumah.
Kita tahu bahwa pendidikan di rumah tidak memiliki standar dan kurikulum; itu artinya, pendidikan informal itu akan berlangsung secara tidak teratur dalam keseharian di rumah.
Oleh karena sifat informal tersebut, maka di sana ada kepastian bahwa tidak ada target pencapaian nilai. Oleh karena itu, sangat mungkin bagi mereka yang merupakan pelaku perundungan berasal dari latar belakang penanaman nilai yang dangkal.
Meskipun demikian, tentu saja tidak otomatis seperti itu, karena arus perkembangan dan kemajuan di semua bidang saat ini sangat menjanjikan perubahan mental dan karakter manusia.
Demikian tiga alasan yang dapat diperlihatkan, dan tentu saja masih ada kemungkinan alasan lain yang perlu dikaji sebagai alasan mendasar dari terjadinya perundungan di lembaga pendidikan kedokteran.
Salam berbagi, Ino, 18.04.2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H