Jadi, jelas budaya kita telah membentuk sistematika pola pikir dan cara pandang kita sendiri.
3. Budaya kita adalah simbol dari kekayaan perspektif
Budaya pada sisi positifnya memperlihatkan kekayaan perspektif yang luar biasa. Kekayaan budaya bangsa kita berbanding lurus dengan kekayaan perspektif yang dimiliki anak bangsa ini.
Dalam satu kesempatan diskusi dengan seorang Profesor Filsafat yang mengajar di sebuah Universitas di Jerman, dia menjelaskan tentang Filsafat Pluralisme dengan segala macam teori, namun setelah dia mengetahui bahwa saya berasal dari Indonesia.
Dia tersentak dan bertanya banyak tentang Indonesia karena dia tahu bahwa bangsa Indonesia punya budaya yang sangat banyak. Saya pada saat itu mencoba mengangkat satu contoh saja terkait lagu pop daerah.
Indonesia punya kekayaan pop daerah yang luar biasa dengan kekayaan filosofi masing-masing para seniman itu menyampaikan pesan-pesan budaya dengan tutur adat yang sangat dalam.
Kalau kita berbicara pop daerah, orang Eropa sudah ketinggalan sekali, mereka hanya punya lagu-lagu dengan bahasa ibu mereka sendiri dan itu bahasa tunggal.
Oleh karena itu tidak heran seperti di Jerman banyak penyanyi Jerman yang menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Inggris daripada dalam bahasa Jerman.
Supaya bersaing dan menjadi populer, mereka menggunakan jasa penyiar para imigran dan pada saat itulah variasi lagu-lagu dari radio mereka menjadi lebih hidup karena di sana ada lagu-lagu dari berbagai dunia.
Dalam hal ini jelas bahwa perspektif tentang hidup sangat dipengaruhi oleh kekayaan perspektif budaya yang membentuk pola pikir seseorang.
Oleh karena itu, isu terkait merawat budaya sebenarnya adalah isu penting yang perlu mendapat perhatian publik dan anak bangsa ini. Kita generasi ini tidak berbangga, mencintai, dan merawat budayanya sendiri, ya siapa lagi?