Terutama terkait cara membuat perencanaan. Saya masih ingat bagaimana saya pernah berjuang memberikan pemahaman kepada saudara saya yang memiliki satu kebun sayur agar membuat perencanaan sebaik-baiknya.
Sayangnya, mereka tidak bisa hidup dengan gaya perencanaan modern yang perlu didokumentasikan secara tertulis. Itu merupakan masalah terbesar.
Petani sayur tidak bisa rutin mencatat pengeluaran dan pemasukan, penjualan, laku dan yang tidak laku, untung dan rugi. Semuanya dijalankan seturut naluri saja.
Kata-kata seperti manajemen waktu dan manajemen keuangan bagi mereka tampak terlalu asing, padahal hal tersebutlah yang bisa membuat hidup mereka berubah.
Berkali-kali saya mengatakan bahwa tidak ada orang sukses yang mengabaikan prinsip kesederhanaan dan kedisiplinan manajemen waktu dan keuangan.
Dari situ, tampak bahwa semangat frugal living itu akan mudah diadopsi hanya oleh orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik.
Itulah sebuah paradoks di tengah masyarakat kita: Masyarakat yang sulit menerima hidup sederhana dan menolak membuat perencanaan.
Kapan Ada Perubahan Mental?
Perubahan mental tidak bisa terjadi hanya dengan memasarkan semboyan indah dalam bentuk iklan di tengah kancah dunia digital saat ini.
Perubahan mental hanya mungkin terjadi melalui pendidikan yang baik, penyuluhan dengan tujuan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat adat yang perlu dilakukan secara terus-menerus.
Pelatihan dan pembinaan mental dan kesadaran masyarakat adat memang pantas dijadikan prioritas agar masyarakat semakin menyadari betapa pentingnya frugal living dan perencanaan hidup yang direncanakan secara baik.
Literasi dan Frugal Living