Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Frugal Living di Tengah Bayangan Perubahan Iklim: Perspektif Masyarakat Adat dan Tantangan Perencanaan

27 Januari 2024   06:13 Diperbarui: 27 Januari 2024   17:01 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dulu kala, mereka telah dibentuk oleh alam berpikir kultural yang lengket dengan adat istiadat, bahkan mereka percaya bahwa kesetiaan mereka pada adat istiadat para leluhur mereka akan membawa berkat bagi kehidupan mereka saat ini.

Itulah keyakinan budaya yang cukup kuat memengaruhi cara pandang masyarakat adat di Flores, misalnya. Meskipun ini telah menjadi sebuah keyakinan budaya, terasa sekali bahwa gaya hidup yang memprioritaskan adat istiadat itu belum bisa akrab dengan frugal living dan perencanaan.

Perbedaan Konsep tentang Perencanaan

Bagi masyarakat adat, perencanaan terjadi dalam forum adat dan berlangsung begitu formal. Detail perencanaan yang penting bagi mereka bukan hanya soal perencanaan hidup dan masa depan, tetapi perencanaan untuk pemenuhan tuntutan adat.

Rencana untuk pemenuhan tuntutan adat itu memiliki biaya besar, bahkan lebih besar dari perencanaan untuk hidup hari ini dan masa depan.

Masyarakat modern lebih memikirkan konsep perencanaan terkait hidup hari ini dan masa depan (Zukunft), seperti pendidikan anak-anak mereka, menyewa rumah di kota untuk melancarkan usaha atau bisnis mereka, menabung, dan asuransi kesehatan keluarga, dan sebagainya.

Sementara itu, masyarakat adat selalu lebih fokus pada kepuasan batin karena dianggap mampu memenuhi tuntutan adat mereka. Tentu saja, pola pikir seperti itu tidak memperhitungkan frugal living.

Frugal Living dan Perencanaan di Tengah Bayangan Perubahan Iklim Global

Semangat hidup sederhana sangat pantas untuk digaungkan sekeras mungkin saat ini, saat alam masih peduli dan bersedia berkompromi dengan kehidupan petani-petani kecil.

Ya, masih ada hujan sesekali, kita masih diberi waktu untuk belajar hidup sederhana dengan perencanaan yang lebih kontemporer dan bukan hanya untuk kepuasan batin semata.

Praktik frugal living perlu menjadi semangat hidup yang didiskusikan secara terbuka dengan masyarakat umumnya dan masyarakat adat khususnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun