Sejak dulu kala, mereka telah dibentuk oleh alam berpikir kultural yang lengket dengan adat istiadat, bahkan mereka percaya bahwa kesetiaan mereka pada adat istiadat para leluhur mereka akan membawa berkat bagi kehidupan mereka saat ini.
Itulah keyakinan budaya yang cukup kuat memengaruhi cara pandang masyarakat adat di Flores, misalnya. Meskipun ini telah menjadi sebuah keyakinan budaya, terasa sekali bahwa gaya hidup yang memprioritaskan adat istiadat itu belum bisa akrab dengan frugal living dan perencanaan.
Perbedaan Konsep tentang Perencanaan
Bagi masyarakat adat, perencanaan terjadi dalam forum adat dan berlangsung begitu formal. Detail perencanaan yang penting bagi mereka bukan hanya soal perencanaan hidup dan masa depan, tetapi perencanaan untuk pemenuhan tuntutan adat.
Rencana untuk pemenuhan tuntutan adat itu memiliki biaya besar, bahkan lebih besar dari perencanaan untuk hidup hari ini dan masa depan.
Masyarakat modern lebih memikirkan konsep perencanaan terkait hidup hari ini dan masa depan (Zukunft), seperti pendidikan anak-anak mereka, menyewa rumah di kota untuk melancarkan usaha atau bisnis mereka, menabung, dan asuransi kesehatan keluarga, dan sebagainya.
Sementara itu, masyarakat adat selalu lebih fokus pada kepuasan batin karena dianggap mampu memenuhi tuntutan adat mereka. Tentu saja, pola pikir seperti itu tidak memperhitungkan frugal living.
Frugal Living dan Perencanaan di Tengah Bayangan Perubahan Iklim Global
Semangat hidup sederhana sangat pantas untuk digaungkan sekeras mungkin saat ini, saat alam masih peduli dan bersedia berkompromi dengan kehidupan petani-petani kecil.
Ya, masih ada hujan sesekali, kita masih diberi waktu untuk belajar hidup sederhana dengan perencanaan yang lebih kontemporer dan bukan hanya untuk kepuasan batin semata.
Praktik frugal living perlu menjadi semangat hidup yang didiskusikan secara terbuka dengan masyarakat umumnya dan masyarakat adat khususnya.