Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melawan Post-Holiday Blues dan Nothing Gonna Change My Love For You

6 Januari 2024   06:29 Diperbarui: 6 Januari 2024   06:32 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melawan Post-Holiday Blues dan Nothing gonna change my love for you | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Setiap kesedihan pasti punya solusi | Ino Sigaze

Post-holiday blues merupakan fenomena kesedihan yang cukup sering dialami seseorang setelah liburan. Meskipun demikian, kali ini kesedihan itu lebih berkaitan dengan momen liburan Natal dan Tahun Baru 2024.

Kesedihan itu tentu saja memiliki sebabnya sendiri dan berbeda dari pengalaman setiap orang. Oleh karena itu, post-holiday blues menjadi lebih personal, sebagai bagian dari pengalaman kesedihan pribadi.

Tulisan ini mencoba menyajikan 3 sebab post-holiday blues dan bagaimana solusi alternatif yang pernah saya lakukan untuk mengatasinya:

1. Sakitnya Anggota Keluarga di Tempat Perantauan

Liburan menjadi sangat berarti ketika perjumpaan dengan semua anggota keluarga itu bisa terjadi. Sebaliknya, liburan itu bisa menjadi suatu kesedihan ketika salah satu anggota keluarga sakit.

Ini bukan lagi sebuah teori karena saya sendiri mengalami itu. Saat menjelang Natal, saya dikejutkan dengan berita bahwa saudara saya harus dirawat di Schlim River Hospital Perak Malaysia.

Berita itu seperti menghapus sukacita yang muncul dalam hati saya. Apalagi ketika nomor kontaknya tidak bisa dihubungi karena dia harus mendekap dalam ruangan ICU beberapa malam.

Rasa takut dan sedih sudah tidak bisa dihindari lagi. Meskipun demikian, saya mencoba bertahan dengan berusaha memberikan kekuatan harapan kepada orangtua dan saudara-saudara saya di kampung.

Harapan dan kepasrahan karena memang tidak berdaya rupanya menjadi sebuah doa yang menghibur hati. Beberapa hari kemudian, saya mendapat berita yang cukup menghibur bahwa kondisinya telah membaik dan kami sempat bisa berkomunikasi.

Solusi sederhana seperti doa dan video call rupanya menjadi cara ampuh yang melenyapkan kegalauan hati, kesedihan saat liburan, dan kecemasan yang berlebihan.

2. Teman Sekolah Tutup Usia karena Serangan Kanker Usus

Saat-saat awal liburan Natal seakan dihapus sekejap ketika mendengar berita perginya teman sebaya saat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Bukan hanya soal teman sekolah, tetapi juga lebih dari itu sebagai keluarga, terlebih ketika melihat kenyataan bahwa ia harus meninggalkan seorang istri dan empat anaknya.

Usianya yang relatif muda, 44 tahun sebagai seorang guru muda, tentu meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi keluarga, anak murid, dan secara istimewa bagi istri dan anak-anaknya.

Merenungkan momen kehilangan teman dekat pada saat liburan itu sama dengan membuka pintu kesedihan itu untuk masuk ke dalam hati.

Bagaimana bisa mengatasi kesedihan saat liburan kalau berhadapan dengan situasi kehilangan teman? Jawaban termudah tentu saja adalah doa.

Memang doa itu bisa mengatasi kesedihan, tetapi dalam situasi itu terasa tidak cukup hanya dengan doa, melainkan kehadiran pada momen akhirnya sangat menentukan.

Saya memutuskan untuk menghadiri upacara pemakamannya di kampung. Saya masih ingat saat itu saya benar-benar bukan hanya sedih, tetapi juga buntu untuk mengatakan apa dalam misa Requiemnya.

Beberapa jam sebelum pemakaman, saya menemukan satu kalimat yang secara spontan saya temukan dalam tulisan lepas orang di jalan.

Tulisan itu sangat menginspirasi: "Nothing gonna change my love for you." Saya merenungkan kalimat itu dan saya percaya kalimat itu bukanlah suatu kebetulan kalau saya menjadikannya sebagai kalimat yang meneguhkan keluarga dan semua yang hadir.

Ya, saya katakan dalam tiga sudut pandang: Pertama, tidak ada yang bisa mengubah cinta saya (Tuhan) pada kamu (teman yang meninggal itu).

Kedua, tidak ada yang bisa mengubah cinta saya (teman yang meninggal) pada kamu (istri dan anak-anaknya). Ketiga, tidak ada yang bisa mengubah cinta saya (teman yang meninggal) pada Tuhan.

3. Batalnya Acara Akhir Tahun

Rencana kegiatan renungan akhir tahun sudah pernah dibicarakan dengan beberapa orang dan banyak yang antusias dengan kegiatan itu.

Namun, ketika beberapa hari terakhir, tampak sekali bahwa suasana sangat tidak mendukung. Lebih-lebih karena bagaimana semua itu bisa diorganisir sendiri.

Sesuatu yang tidak mudah untuk menata acara dengan baik, jika hanya seorang diri. Idealisme tinggi akhirnya terhenti dan coba menunduk sedikit untuk belajar menjadi realistis.

Pada awal keputusan pembatalan itu memang terasa sekali kesedihan saat liburan itu. Liburan tanpa kegiatan bersama yang berkesan rupanya terlalu mudah menyeret manusia pada kebosanan.

Tapi, saya coba membuka diri untuk melihat kenyataan lain yang belum saya alami. Saya mencoba duduk sendiri dan merenungkan akhir tahun 2023 tanpa banyak orang.

Saat itu saya menemukan satu alasan yang masuk akal mengapa harus batal acara renungan akhir tahun itu? Tempat tinggal saya pada tanggal 31 Desember 2023 seperti digempur dengan musik dari tiga arah berbeda.

Kebisingan sungguh luar biasa sejak tanggal 30 Desember 2023, musik dari hampir sepanjang jalan sudah mulai dibunyikan dan apa boleh buat seperti tidak ada pilihan selain menikmati musik tanpa ada pertanyaan suka apa tidak.

Solusi yang sederhana mengatasi kesedihan saat itu sebenarnya sangat sederhana, yaitu dengan coba melihat kenyataan lain dengan alasan-alasan yang masuk akal dan realistis.

Mustahil orang bisa menikmati sedikit keheningan akhir tahun, jika di sekelilingnya digempur dengan musik yang nonstop. 

Barangkali itulah momen yang berarti dengan memberikan kesempatan kepada mereka yang lain untuk menikmati sukacita mereka.

Ya, sebuah perspektif baru dari sudut pandang orang lain itu juga baik untuk dijadikan pertimbangan supaya kita tidak bisa memaksakan keinginan diri sendiri seakan-akan yang paling baik dan penting adanya.

Salam berbagi, Ino, 6 Januari 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun