Posisi eksistensial yang dimaksudkan tentu saja posisi penting yang perlu diperhitungkan.
Dalam hal ini berkaitan dengan dua hal: Pertama, kesadaran bahwa manusia hanya boleh diperlakukan sebagai individu atau sebagai subjek. Kedua, yang terpenting dalam partisipasi itu bukan supaya seseorang itu diterima, tetapi supaya bisa mengorientasikan diri dengan sesuatu yang lain di luar diri.
Dalam hal ini, Gabriel menghendaki agar setiap orang perlu menjadi terbuka dan terlibat secara aktif untuk sesuatu yang lebih penting.
Dan sebagai filsuf yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai penentang eksistensialisme teistik, Gabriel bisa saja menghendaki agar setiap subjek perlu menghargai setiap perjumpaan dengan sesuatu yang di luar dirinya.
Perjumpaan dan realitas di luar dirinya adalah bermakna dan berarti. Nah, dalam hal ini, relevansi dari gagasan Gabriel sangat jelas bagi bangsa ini:
1. Seluruh rakyat Indonesia perlu menyadari bahwa partisipasi kita dalam Pemilu sebagai misalnya menjadi petugas KPPS itu bukan karena bayaran 1.200.000 itu dan bukan juga karena penerimaan, tetapi lebih karena martabat kita sebagai warga negara yang baik dan bermartabat; sebagai subjek yang diakui kreatif dan partisipatif.
2. Setiap bentuk partisipasi sebagai subjek di sana akan ada momen mengorientasikan diri dengan sesuatu yang di luar diri. Dan jika momen seperti itu terjadi, maka subjek atau siapa saja akan menemukan posisi eksistensial. Ya, dia berarti dan penting dalam kancah pesta demokrasi bangsa ini.
Salam berbagi, Ino, 30 Desember 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H