Transformasi kehidupan manusia tidak serta merta terjadi tanpa adanya informasi yang berkualitas dan formasi yang berbobot serta berlandaskan etika dan tata krama | Ino Sigaze.
Pesta demokrasi telah menarik perhatian banyak orang, terutama dalam masa kampanye saat ini. Ragam pendekatan yang diperlihatkan menunjukkan adanya kegiatan yang intens menjelang pemilu.
Sebagian orang semakin serius dalam menanggapi situasi ini dan merasa perlu waspada terhadap beragam pemberitaan. Informasi memegang peran sentral dalam ranah kampanye digital.
Meskipun demikian, tidak jarang ditemui informasi-informasi yang tidak berkualitas, yang dapat menimbulkan perpecahan dalam hidup bersama.
Bullying dengan berbagai cara dan bentuknya telah menjadi bagian yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Orang perlu memperhatikan beragam informasi yang beredar di media sosial saat ini.
Tulisan ini menyoroti kualitas informasi dalam hubungannya dengan pesta demokrasi di bangsa kita.
Mengapa orang perlu memerhatikan kualitas informasi? Ada beberapa alasan berikut ini:
1. Informasi yang baik akan menjadi elemen konstruktif bagi demokrasi.
Wajah media sosial saat ini seringkali memperlihatkan video, foto, dan kata-kata yang telah direkayasa dari yang asli. Jika diperhatikan, cara-cara semacam itu jelas memiliki tujuan buruk.
Informasi yang direkayasa sesuai dengan keinginan pembuatnya memiliki tujuan ganda:Â pertama, untuk kepentingan politik partai.Â
Jika itu untuk kepentingan partai, maka akan terlihat bahwa rekayasa informasi itu akan bersifat defensif atau menyerang lawan politiknya dan akan menjadi informasi hiperbola bagi kawan politik.
Kedua, sebagian orang mungkin tidak memiliki kepentingan politik, tetapi memiliki kepentingan pribadi, yaitu meraih konten yang viral.Â
Kelompok ini akan memanfaatkan situasi sulit sebagai peluang untuk keuntungan pribadi dengan menghasilkan konten-konten viral.
Jika konten viral tersebut bersifat positif dan bermanfaat untuk kehidupan bersama, tentu saja hal itu baik. Namun, sayangnya, hoaks tetap menjadi bumbu yang laris sebagai pemanis yang membius pikiran publik.
Oleh karena itu, publik perlu diingatkan bahwa informasi yang berkualitas akan menjadi elemen konstruktif bagi demokrasi bangsa kita.Â
Demokrasi bangsa ini akan semakin kokoh jika anak bangsa ini dapat memproduksi konten yang inspiratif, kritis, dan berkualitas.
2. Informasi yang berkualitas akan mendukung edukasi publik.
Edukasi digital saat ini sangat cepat memperlihatkan pengaruhnya. Ini berarti bahwa sarana digital dapat menjadi andalan dalam proses edukasi.
Sebagian orang memiliki dahaga yang tidak pernah terpuaskan untuk memperoleh informasi baru. Pada saat yang sama, sulit membedakan informasi baru dan aktual dari informasi lama yang direpresentasikan dengan cara baru.
Oleh karena itu, setidaknya informasi berkualitas mengandung hal-hal yang inspiratif, baik itu mengingatkan pada hal baik atau membuka cara pandang untuk kehidupan bersama yang lebih baik.
Dalam konteks politik, umumnya orang mengatakan "jangan hanya bisa mengkritik, tetapi berikanlah juga solusinya." Solusi-solusi yang menjadikan pesta demokrasi bangsa kita lebih kondusif tentu sangat dibutuhkan.
McLeod (2008) mendefinisikan ciri-ciri informasi yang berkualitas sebagai berikut: akurat (informasi mencerminkan kondisi sebenarnya), tepat waktu (informasi harus ada saat diperlukan), relevan (informasi yang diperlukan sesuai dengan apa yang dibutuhkan), lengkap (informasi harus utuh, tidak setengah-setengah) (dictio.id).
3. Informasi yang baik dan berkualitas tetap menjunjung etika dan tata krama.
Kemajuan dunia digital dan teknologi komunikasi saat ini telah menghasilkan berbagai hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Â
Orang bisa menterjemahkan kode politik ke dalam hal yang fantastis. Jika wajah terlalu muda, maka orang membuatkan wajah tokoh tertentu menjadi tua. Ya, wajah seseorang di dunia digital bisa berubah-ubah.
Foto asli bisa digeser saja, maka wajah itu akan berubah sesuai target usia. Teknologi telah sanggup memperlihatkan wajah seseorang di usia 50 tahun dan seterusnya atau bahkan bagaimana wajah saat usia remaja.
Bahkan wajah yang biasa saja, bisa diubah menjadi seperti artis Korea. Pada momen pemilu, ternyata tidak luput dari kenyataan itu.Â
Siapa saja yang rajin berhubungan dengan dunia media sosial pasti tahu dan pernah melihat itu.
Pada sisi lain, harus diakui memang sangat kreatif anak bangsa ini, namun terlalu menunjukkan agresivitas yang tidak peduli pada kemanusiaan.
Oleh karena itu, saya pikir orang mudah menjadi tidak kritis saat teknologi dapat memenuhi semua keinginannya. Pertimbangan etis dan tata krama suatu kreativitas tentu saja sangat penting.
Jadi, orang tidak bisa menganggap semua hal bisa dilakukannya sesuai hati atau semaunya. Ketenangan dan kematangan dalam memproduksi konten dan segala yang berkaitan dengan kreativitas saat pemilu ini sangat penting.
Itulah tantangan dewasa ini: informasi dapat diproduksi oleh siapa saja, namun jika orang yang memproduksi informasi tersebut tidak dibekali dengan formasi nilai yang baik, maka informasi tersebut tidak akan mengubah kualitas informasi.
***
Salam berbagi, Ino, 11 Desember 2023.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI