Pertengkaran itu terjadi antara guru dan orangtua karena kebijakan guru dianggap berlebihan dan tafsiran lainnya dari orangtua. Ya, tahun 1986 menjadi kenangan menakutkan karena nyaris terjadi adu fisik antara guru dan orangtua.
Pengalaman semacam itu menunjukkan bahwa tidak ada kolaborasi antara guru dan orangtua. Saatnya meningkatkan kolaborasi agar jurang miskomunikasi bisa diatasi.
Dalam setiap komunikasi yang baik, tanpa disadari kita meninggalkan satu benih edukasi yang akan tumbuh dan berbuah bagi orang lain.
2. Meningkatkan Efektivitas dan Kreativitas
Proses edukasi tidak akan bisa maksimal jika dilakukan oleh satu orang saja, terutama jika tenaga guru tidak mencukupi. Artinya, proses pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama, dengan guru dan orangtua sebagai subjek penanggung jawab utama.
Istilah kolaborasi dalam bahasa Jerman berarti Zusammenarbeit, yang berarti kerja bersama-sama. Di dalam kata Zusammenarbeit terlihat pengertian dan kejelasannya.
Seorang guru tidak bisa lagi mengatakan bahwa pendidikan itu adalah proses formasi yang dilakukan oleh satu orang saja, tetapi harus disadari sebagai proses yang dijalankan bersama-sama dengan orang lain.Â
Kebersamaan sebagai satu tim kerja sangat positif untuk meningkatkan efektivitas dan kreativitas. Dalam konsep kurikulum merdeka, slogan kolaboratifnya lebih tepat daripada single power.
Semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pendidikan, semakin banyak hal baru yang bisa dieksplorasi, dan tentu saja hal itu akan menjadi lebih efektif, dengan dampaknya tumbuhnya kreativitas.
3. Meningkatkan Rasa Cinta dan Dukungan Kepercayaan Diri pada Anak
Kolaborasi sangat penting tidak hanya untuk mengatasi miskomunikasi dan meningkatkan efektivitas serta kreativitas, tetapi juga untuk meningkatkan rasa cinta dan dukungan kepercayaan diri pada anak.