Tanggung jawab sebagai ASN akan jauh lebih penting dibandingkan dengan hal lain yang menjadi konsekuensi dari suatu mobilitas dan dilema-dilemanya.
Bursa Aparatur Sipil Negara yang disertai wacana perpindahan dari pusat ke daerah dan sebaliknya, bahkan dari satu instansi ke instansi lainnya sesuai dengan talenta yang dimiliki, memang sangat menarik dan bisa saja memicu polemik hangat.
Berbagai perhitungan akan muncul bersamaan dengan gagasan perpindahan itu. Pasalnya, Indonesia memiliki wilayah yang luas sekali dan jika kemungkinan perpindahan itu menjadi sangat terbuka tanpa memikirkan apa pengaruhnya, maka keputusan perpindahan itu bisa saja mengecewakan ASN.
Analisis terkait bursa ASN membawa serta dilema yang tidak mudah antara tiga istilah kunci berikut ini: mobilitas, kualitas, dan kontinuitas.
Tulisan ini akan menyoroti dilema sekaligus plus-minus dari gagasan perpindahan itu sendiri:
1. Mobilitas ASN dan Pengaruhnya bagi Hidup Keluarga
Merencanakan dan menggagas sesuatu terkadang membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait dan ikut memengaruhinya.
Gagasan tentang mobilitas itu pada satu sisi sangat baik, agar seorang ASN bisa menjadi lebih terbuka lagi mengenal budaya dan cara hidup orang di tempat lain di Indonesia ini.
Namun pada sisi yang lain, mobilitas itu bisa menimbulkan stres karena sudah pasti akan berurusan dengan barang-barang dan keluarga.
Tidak hanya itu, tentu saja sangat berpengaruh pada ekonomi keluarga. Coba bayangkan seorang ASN yang biasa hidup di Jakarta dengan sajian cepat dan harus beradaptasi dengan suasana baru seperti di Flores yang kuliner dan makanannya sangat terbatas dengan kualitas yang berbeda jauh dari di Jakarta.