Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dinamika Konflik di Jalur Gaza, Politik, Agama dan Kemanusiaan

13 November 2023   10:29 Diperbarui: 13 November 2023   15:01 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinamika konflik jalur Gaza, politik, agama dan kemanusiaan | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Kejernihan melihat dan menilai dinamika konflik jalur Gaza akan menolong kita dalam menata hidup bersama di tengah perbedaan | Ino Sigaze

Konflik di Jalur Gaza sering menjadi perbincangan di dunia internasional. Konflik antara Israel dan Palestina tidak pernah terselesaikan sejak beberapa dekade yang lalu, menjadikannya topik hangat dalam diskusi global.

Persoalan ini semakin kompleks dengan kehadiran Hamas sebagai partai penguasa di Palestina. 

Namun, kehadiran Hamas tidak berhasil meredam konflik; sebaliknya, suasana di Jalur Gaza semakin memanas.
Sejak 7 Oktober 2023, aksi saling serang antara Israel dan Hamas terus berganti, dengan dampak serius yang melibatkan ribuan korban sipil.

Kabar terdengar bahwa Israel semakin keras dalam memberantas Hamas yang dianggap kejam dan radikal. 

Kompleksitas konflik di Jalur Gaza semakin bertambah parah karena serangan-serangan Israel juga merenggut nyawa warga sipil Palestina.

Sebagai tanggapan, aksi solidaritas dan bela kemanusiaan mengalir, bahkan Presiden Jokowi turut mengutuk keras agresi tentara Israel ke Palestina.

Namun, tulisan ini ingin menegaskan beberapa hal yang mungkin simpang siur di kalangan rakyat Indonesia, terutama menjelang Pemilu 2024.

Penting diingat, konflik di Jalur Gaza bukanlah perang agama, melainkan perang melawan fundamentalisme.

Perlu ditegaskan bahwa konflik yang berulang di Jalur Gaza bukanlah perang agama, bukan pula perang antara Kristen dan Islam.

Saat ini, yang terjadi adalah perang Israel melawan Hamas yang dianggapnya sebagai kelompok radikal yang tidak berperikemanusiaan.

Hamas adalah kelompok Islam Sunni Palestina yang berusaha menghancurkan negara Israel dan mendirikan teokrasi Islam di Palestina. 

Sejak tahun 2007, Hamas memerintah di Jalur Gaza dan diklasifikasikan sebagai organisasi teroris. 

Mengenai penduduk Israel, penting untuk menyadari keberagaman mereka. 

Di Israel, ada warga yang menganut agama Yahudi, Islam, Kristen, dan Katolik.

Jadi, anggapan umum bahwa orang Israel adalah orang Kristen atau Katolik tidak akurat.

Siapa saja Penghuni Negara Israel?

Sebuah pengalaman ketika berada di Israel dan Palestina menunjukkan bahwa di sana, orang-orang dari berbagai agama hidup berdampingan dengan damai dan toleransi.

Bahkan, tempat-tempat suci yang diakui oleh Kristen dijaga oleh Muslim. 

Dan Israel sangat terbuka pada kunjungan wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Pohon Abrahamik dan Pesan Toleransi

Pohon Abrahamik dan pesan toleransi menjadi simbol penting. 

Pohon ini memiliki tiga cabang dengan satu pangkal, mewakili konteks sejarah dan asal usul tiga agama Abrahamik: Yahudi, Islam, dan Kristen.

Dalam menyikapi kompleksitas konflik di Jalur Gaza, terutama di tengah gejolak politik menjelang Pemilu 2024, perlu hati-hati dalam membedakan antara respons atas dasar nurani kemanusiaan dan gairah politik untuk mendapatkan dukungan.

Video dan konten yang beredar di Indonesia mungkin memperkeruh suasana dan merusak persaudaraan serta toleransi di tanah air.

Oleh karena itu, penting untuk mengingat bahwa konflik ini bukanlah konflik agama, melainkan masalah politik pembebasan dari tekanan fundamentalisme Hamas di Palestina.

Dengan demikian, sikap terhadap Israel atau Palestina seharusnya lebih didasarkan pada nilai kemanusiaan daripada pertimbangan agama.

Prihatin terhadap korban di kedua belah pihak, baik di Palestina maupun Israel, seharusnya bersumber dari kepedulian terhadap sesama manusia, bukan identitas agama mereka.

Akhirnya, diharapkan agar doa mengalir untuk kedamaian, pengakuan serta pemahaman budaya dan agama yang lebih baik, serta harapan agar konflik di Jalur Gaza tidak merusak hubungan antar tetangga yang berbeda keyakinan.

Semoga pemahaman yang mendalam tentang warisan bersama sebagai keturunan Abraham membawa kedamaian dan toleransi di tengah perbedaan.

Salam berbagi, Ino, 13 November 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun