Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sensasi Tripneustes Gratilla: Filosofi Cinta dan Kuliner Khas Mauloo

8 November 2023   05:01 Diperbarui: 8 November 2023   05:52 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada bagian tengah yang berwarna putih itu adalah isi dari were | Foto pribadi Ino Sigaze.

Kebiasaan sederhana mencari Tripneustes gratilla atau "Were" hingga menjual hasil tangkapan mereka semakin dikenal oleh banyak orang. 

Hal ini bahkan digambarkan dengan sangat menarik dalam lagu dalam bahasa setempat. Salah satu syair yang sangat terkenal hingga saat ini adalah "Ae Were Watu Rajo Kelo Talo," yang artinya jika seseorang mencicipi masakan asli dari Tripneustes gratilla atau "Were," mereka tidak akan pernah melupakan pengalaman itu.

Pada bagian tengah yang berwarna putih itu adalah isi dari were | Foto pribadi Ino Sigaze.
Pada bagian tengah yang berwarna putih itu adalah isi dari were | Foto pribadi Ino Sigaze.

Orang tidak akan pernah melupakan pengalaman tersebut karena setelah mencicipi makanan khas itu, keinginan untuk menikmatinya lagi begitu kuat. 

Hal ini disebabkan oleh kenikmatan dan kelezatan rasa yang dihasilkan oleh makanan khas tersebut.

Inilah mengapa makanan khas "Ae Were" disajikan secara gratis kepada orang baru, sebagai kenangan akan kampung halaman mereka, sehingga orang tersebut dapat selalu mengingatnya.

Kuliner lokal dan keramahtamahan

Masyarakat Mauloo sangat ramah, dan hidup sosial mereka terbuka bagi semua orang. Orang baru dapat dengan mudah menikmati kelezatan "Ae Were" melalui perkenalan singkat, misalnya di pantai.

Yang unik adalah sebagian besar pencari "Ae Were" adalah ibu-ibu yang menggunakan alat khusus untuk menangkap dan mengumpulkan "Were" dari antara rumput laut. 

Sosa dalam bahasa Ende. alat khusus yang dibawa ibu-ibu ke laut saat mencari Were| Foto pribadi Ino Sigaze.
Sosa dalam bahasa Ende. alat khusus yang dibawa ibu-ibu ke laut saat mencari Were| Foto pribadi Ino Sigaze.

Biasanya, mereka mencari "Were" di kedalaman laut sekitar 1-1,5 meter, di antara banyak rumput laut yang tumbuh di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun