Ketiganya adalah putera terbaik bangsa ini, dan ketiganya sebenarnya orang yang bisa bersama di satu meja untuk berbicara dan memikirkannya dengan matang apa yang penting bagi bangsa ini ke depannya.
Secara emosional, ketiganya pasti merasa terhubung satu sama lain dan tentu saja mereka bisa saling menghormati.Â
Aspek saling menghormati itu tentu saja sangat penting agar dibaca oleh publik Indonesia, supaya kita, para pendukung mereka, juga melakukan hal yang sama.
3. Duduk satu meja ala para pemimpin dan ragam tafsir makna
Duduk satu meja itu memang sering kali dilakukan oleh siapa saja, namun duduk satu meja yang dilakukan oleh tokoh politik tentu saja punya pengaruh dan gema yang luas.
Oleh karena pengaruh dan gemanya yang luas, maka sangat dibutuhkan juga sudut pandang yang tepat. Mengapa? Gambar sebagai gambar hanya bisa dipahami jika ada orang yang menafsirkannya.
Gambar tanpa ada kata-kata itu selalu membutuhkan tafsiran. Dan tafsiran yang bisa muncul tentu saja bermacam-macam. Salah satu tafsiran yang saya angkat di sini adalah bahwa duduk satu meja ala pemimpin itu adalah ungkapan jiwa dari kepemimpinan mereka.
Kita bisa memiliki visi yang berbeda, tetapi kita juga bisa berbicara bersama sebagai saudara. Konsekuensi logisnya adalah orang tidak akan saling membully dan mencerca di media sosial.
Oleh karena itu, sebenarnya diplomasi di meja makan ala Jokowi memiliki pengaruh yang sangat besar untuk meredam tensi politik yang semakin panas.
Meja Makan dan Godaan Yudas
Dari latar kekristenan, tidak bisa disangkal bahwa refleksi tentang diplomasi di meja makan itu ternyata punya godaannya sendiri. Ibarat Yesus yang pernah makan perjamuan malam terakhir bersama dengan murid-murid-Nya, dan pada saat itulah Yudas bermain dengan gimmick yang licik untuk mengkhianati Yesus.
Yudas tentu saja setuju untuk mengkhianati Yesus kepada imam-imam kepala Yahudi dengan memberikan informasi tentang di mana Yesus dapat ditangkap.