Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada 3 Cara Sederhana Menepis Krisis Pangan

27 Oktober 2023   05:09 Diperbarui: 27 Oktober 2023   05:48 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada tiga cara menepis krisis pangan | Dokumen pribadi oleh Ino

Bagi sebagian besar orang yang tinggal di kota besar, mereka pasti merindukan makanan lokal dengan racikan bumbu dan cara tradisional.

Sayangnya, seperti di Flores, belum ada rumah makan tradisional yang menyediakan alternatif makanan lokal. Mengapa hal ini terjadi?

Nah, ini berkaitan dengan konsep berpikir. Sebagian besar orang berpikir bahwa rumah makan harus menyajikan nasi, daging, dan sayuran dengan cara pengolahan masakan yang asing.

Logika aneh yang bisa keliru adalah jika masakan semakin asing dalam hal cara memasak, bumbu, dan penyajian, maka akan semakin laris.

Singkatnya, banyak orang tidak percaya diri dengan masakan tradisional atau kuliner lokal. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan. Terlihat jelas bahwa konsep tentang kekhasan lokal kalah bersaing dengan konsep kemodernan.

Padahal, di Eropa, banyak orang sudah merasa jenuh dengan masakan modern, dan mereka sebenarnya mencari masakan khas dari berbagai negara dengan keaslian masing-masing.

Saya ingat beberapa bulan lalu, seorang teman India mengajak saya dan teman orang Korea untuk menikmati masakan khas Afrika di sebuah restoran Afrika di kota Mainz.

Di sana kami menemukan masakan yang benar-benar khas, mulai dari tempat penyimpanan makanan, minuman khas, dan cara penyajian yang unik.

Pada saat itu, saya merasakan ada sesuatu yang baru, dan semangat makan kami berubah, kami makan dengan gembira dan puas.

Saat itu, saya langsung berpikir, mengapa orang Flores sendiri tidak melakukan hal seperti ini? 

Padahal, di Flores masih ada kerajinan tangan yang dapat menggantikan piring dan gelas yang terbuat dari tempurung kelapa.

Tampaknya orang Afrika memiliki cara berpikir yang unik: semakin orisinal, semakin menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun