Bagi sebagian besar orang yang tinggal di kota besar, mereka pasti merindukan makanan lokal dengan racikan bumbu dan cara tradisional.
Sayangnya, seperti di Flores, belum ada rumah makan tradisional yang menyediakan alternatif makanan lokal. Mengapa hal ini terjadi?
Nah, ini berkaitan dengan konsep berpikir. Sebagian besar orang berpikir bahwa rumah makan harus menyajikan nasi, daging, dan sayuran dengan cara pengolahan masakan yang asing.
Logika aneh yang bisa keliru adalah jika masakan semakin asing dalam hal cara memasak, bumbu, dan penyajian, maka akan semakin laris.
Singkatnya, banyak orang tidak percaya diri dengan masakan tradisional atau kuliner lokal. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan. Terlihat jelas bahwa konsep tentang kekhasan lokal kalah bersaing dengan konsep kemodernan.
Padahal, di Eropa, banyak orang sudah merasa jenuh dengan masakan modern, dan mereka sebenarnya mencari masakan khas dari berbagai negara dengan keaslian masing-masing.
Saya ingat beberapa bulan lalu, seorang teman India mengajak saya dan teman orang Korea untuk menikmati masakan khas Afrika di sebuah restoran Afrika di kota Mainz.
Di sana kami menemukan masakan yang benar-benar khas, mulai dari tempat penyimpanan makanan, minuman khas, dan cara penyajian yang unik.
Pada saat itu, saya merasakan ada sesuatu yang baru, dan semangat makan kami berubah, kami makan dengan gembira dan puas.
Saat itu, saya langsung berpikir, mengapa orang Flores sendiri tidak melakukan hal seperti ini?Â
Padahal, di Flores masih ada kerajinan tangan yang dapat menggantikan piring dan gelas yang terbuat dari tempurung kelapa.
Tampaknya orang Afrika memiliki cara berpikir yang unik: semakin orisinal, semakin menarik.