Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada 3 Cara Sederhana Menepis Krisis Pangan

27 Oktober 2023   05:09 Diperbarui: 27 Oktober 2023   05:48 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dalam bahasa daerah, orang menyebutnya sebagai idu liu, sura, zowe, dan kewa. Jenis pangan lokal sangat beragam, dan bahkan beberapa di antaranya telah menjadi tumbuhan liar yang melimpah di hutan.

Jika kesadaran akan pentingnya swasembada pangan ini kembali dihidupkan, maka daerah-daerah penghasil pangan lokal seperti itu akan dapat memproduksi pangan lokal dengan lebih baik dan bukan hanya untuk konsumsi pribadi.

Oleh karena itu, saya menyebutnya sebagai gerakan swasembada pangan dengan tujuan untuk menghidupkan kembali kesadaran akan pentingnya ketersediaan pangan lokal dan jika memungkinkan, perlu dipromosikan hingga ke pasar tradisional di tingkat kabupaten dan kota.

2. Pola makan sehat manusia modern

Cara paling efektif untuk mengatasi krisis ini sebenarnya adalah dengan menghidupkan kembali kesadaran dan tata cara pola makan. 

Tanpa disadari, pola makan manusia modern semakin menjauh dari konsumsi pangan lokal, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah perkotaan yang tidak memiliki pilihan selain makanan instan.

Meskipun demikian, proses globalisasi ini tidak hanya terjadi di kota, tetapi juga telah "masuk kampung," sehingga pola makan orang kota dan desa sebenarnya tidak berbeda.

Maka dari itu, pola makan perlu menjadi sebuah wacana tersendiri agar dapat menjadi kebiasaan baru yang sehat dan nyaman dari segi ekonomi. 

Saya membayangkan jika setiap kepala desa di daerah pedesaan memulai program pola makan dengan bahan pangan lokal, maka akan terjadi penghematan yang luar biasa.

Apalagi jika ada niat dan komitmen, misalnya dengan mengadakan hari di mana orang tidak harus makan nasi, tetapi mengonsumsi umbi-umbian dengan sayuran segar dari alam.

Dengan demikian, langkah untuk mengatasi krisis ini harus didukung oleh pemerintah melalui program-program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

3. Membangun Rumah Makan Tradisional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun