Pengakuan tulus dari mereka juga menunjukkan bahwa Gua Maria Mageria sangat indah dan tempatnya sangat bagus.Â
Dengan senang hati, saya menyambut mereka dan mengatakan bahwa mereka selalu diperbolehkan untuk berdoa di Gua Maria kapan saja.
Saya akhirnya mengagumi kreativitas pendamping Sekami Watuneso yang mengajar anak-anak dengan yel-yel yang memiliki nilai pendidikan. Yel-yel tersebut juga menjadi ajakan agar anak-anak bisa menciptakan ketenangan.Â
Mereka melaksanakan beberapa kegiatan, pertama, berdoa Rosario di Gua Mageria; kedua, menikmati makan siang sesuai dengan bekal yang mereka bawa sendiri; ketiga, melakukan Katekese selama bulan Kitab Suci ini.
Dalam pertemuan tersebut, terlihat jelas bahwa ibu-ibu pendamping menjalankannya dengan mekanisme yang sangat dinamis.Â
Ada diskusi kelompok, sharing, tanya jawab, yel-yel pujian, dan ucapan terima kasih.Â
Tidak hanya itu, kreativitas Sekami Watuneso patut diapresiasi, karena anak-anak Sekami dapat menjaga kebersihan rumah Retret St. Nabi Elia Mageria.Â
Pada sesi santai setelah makan, mereka membersihkan kembali area Gua Maria.
Pengalaman perjumpaan dengan Sekami Watuneso pada hari ini membangkitkan kesadaran saya akan beberapa hal yang penting untuk generasi muda:
Pertama, pembinaan iman dan karakter anak dapat dilakukan dengan bimbingan dari tenaga profesional yang memiliki imajinasi dan keahlian yang telah dipersiapkan.
Kedua, proses pendidikan untuk anak-anak dan generasi muda bangsa dan negara ini perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, dan sebenarnya semua orang memiliki tanggung jawab terhadap proses pendidikan yang baik.