Belum lagi dengan koalisi dari PSI dan PBB yang tentu saja berdampak pada peningkatan jumlah suara menjadi lebih banyak lagi.
Oleh karena itu, partai-parati parlemen yang saat ini mengusung calon Presiden akan melihat partai non-parlemen sebagai kekuatan yang besar. Mereka perlu merayu partai non-parlemen dengan strategi dan janji politik yang meyakinkan.Â
Pada masa pra-pemilu ini, partai non-parlemen justru menjadi rebutan bagi koalisi partai parlemen.
Koalisi yang sedang dipertimbangkan saat ini ada pada dua posisi: Pertama, koalisi dengan partai parlemen, yang akan berdampak pada jumlah suara yang lebih besar.Â
Kedua, koalisi partai non-parlemen, yang memiliki dua kemungkinan arah. Salah satu arah akan menentukan masa depan mereka sendiri jika mereka berkoalisi dengan partai parlemen yang besar karena akan memberikan masa depan yang lebih pasti.Â
Sementara itu, arah lainnya, koalisi partai non-parlemen, akan melemahkan kekuatan oposisi.Â
Sinyal positif sudah terlihat dengan dukungan Hanura kepada Ganjar Pranowo. Apakah empat partai non-parlemen lainnya akan mendukung calon presiden lain, seperti Anies Baswedan?Â
Dukungan lainnya tentu akan menjadi pertimbangan politik partai non-parlemen.
Lebih rumit lagi, jika partai non-parlemen juga memiliki kepentingan terkait posisi dan kursi di masa depan.Â
Tentu saja, partai non-parlemen saat ini harus mempertimbangkan dengan bijak pilihan koalisi mereka sehingga kekuatan mereka yang saat ini terbatas akan menjadi lebih besar di masa depan.Â