Jika kemampuan berpikir mandiri yang kreatif tidak dimiliki, maka apa yang bisa diandalkan nanti? Ini tentu saja pertanyaan serius.
Tidak diwajibkan dan kebijakan tanpa skripsi juga berdampak pada minat mahasiswa-mahasiswi untuk membaca dan mengunjungi perpustakaan.
Jika generasi muda kita tidak bisa menjadi generasi yang mencintai perpustakaan dan tidak memiliki gairah menulis dan berliterasi, maka tentu saja kebijakan itu akan berdampak pada kemajuan literasi generasi muda Indonesia.
Kerugian lain tentu saja akan mendatangkan masalah bagi sejumlah orang yang selama ini hidup dari dunia perjokian. Kebijakan tidak diwajibkan skripsi sama dengan tidak diwajibkan perjokian.
Beberapa alasan di atas muncul karena berangkat dari pengalaman pribadi bahwa menulis skripsi itu ternyata memiliki sejumlah keuntungannya:
Pertama, skripsi akan menjadi bukti pengakuan akademis bahwa saya seorang akademisi yang berkualitas dan ide-ide saya pernah dapat dipertanggungjawabkan dan layak dibaca oleh orang lain.
Kedua, skripsi akan menjadi bukti dari kematangan berpikir pada jenjang sarjana. Kematangan berpikir itu bukan diperoleh dari apa yang diberikan, tetapi dari sebuah proses timbal balik yaitu menulis, dikoreksi, ditanya, dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Ketiga, skripsi akan menjadi bukti karya pertama yang menjadikan seorang mahasiswa layak disebut akademisi dan sarjana.
Keempat, skripsi menjadi alat bukti bahwa seorang mahasiswa pernah memiliki rencana belajar, pernah rajin mengunjungi perpustakaan, pernah mengenal tata bahasa, pernah mengenal cara menulis, pernah melakukan kesalahan dalam penulisan, dan menjaga kontinuitas ide serta sejumlah pengalaman dalam menulis yang bisa diperoleh saat menulis skripsi.
Namun, jelas sekali bahwa pengalaman unik dari menulis skripsi hanya bisa dirasakan oleh generasi yang tidak mengenal yang namanya joki skripsi.
Oleh karena itu, saya pikir jika langkah dan kebijakan tidak diwajibkan skripsi ini sudah final, maka hal yang penting bagi mahasiswa sebagai pengganti skripsi.
Saya berpikir penting bahwa mahasiswa di era digital ini perlu diberi tantangan seperti ini: