Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlu Pertimbangan Lebih Lanjut untuk Marketplace Guru dalam Pendidikan

15 Juli 2023   22:25 Diperbarui: 18 Juli 2023   07:14 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlu pertimbangan lebih lanjut untu Marketplace guru dalam pendidikan | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Rencana dan gagasan baru terkait pendidikan perlu dipertimbangkan lagi dari berbagai sudut pandang agar konsep marketplace sesuai dengan kebutuhan dan situasi masyarakat Indonesia yang terkini dan merata | Ino Sigaze.


Heboh di media sosial baru-baru ini terjadi akibat gagasan baru Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mediksbud Ristek), Nadiem Makarim, tentang rencana pembuatan Marketplace guru.

Reaksi bermunculan dari berbagai pihak dengan beragam corak, baik yang mengkritik gagasan Marketplace Nadiem Makarim, maupun argumen-argumen pro lainnya yang mendukung terobosan tersebut.

Tulisan ini mencoba menyoroti kenyataan harapan dan aspek emosional para guru dalam menghadapi program Marketplace itu sendiri.

Oleh karena itu, mari kita jelaskan terlebih dahulu apa itu Marketplace.

Marketplace adalah sebuah platform yang menyediakan informasi lengkap tentang para guru yang memenuhi persyaratan dengan database yang dapat diakses oleh semua sekolah.

Perlu pertimbangan lebih lanjut untu Marketplace guru dalam pendidikan | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.
Perlu pertimbangan lebih lanjut untu Marketplace guru dalam pendidikan | Dokumen pribadi oleh Ino Sigaze.

Konsep Marketplace ini terdengar menarik karena Pak Nadiem mempertimbangkan kelengkapan informasi terkait para guru di seluruh Indonesia. Namun, ada tiga pertimbangan terkait gagasan Marketplace ini:

1. Perlunya penjelasan lebih lanjut terkait "Semua guru yang boleh mengajar."

Apa arti dari "boleh mengajar" di sini? Apakah karena kualifikasi guru yang memenuhi syarat sehingga dianggap "boleh" ataukah perlu adanya persyaratan administratif dan bukti pengalaman mengajar sebagai penentu seorang guru yang dianggap "boleh mengajar"?

Siapa yang berwenang menentukan "boleh mengajar"? Beberapa kasus di lapangan menunjukkan bahwa seseorang dianggap dan diterima sebagai guru hanya karena memiliki ijazah tamatan yang sesuai dengan standar guru.

Namun, apakah itu sudah cukup? Bagaimana jika terbukti bahwa guru yang sama terlihat seperti geladangan setelah jam sekolah?

Saya ingin mengatakan bahwa definisi "semua guru yang boleh mengajar" dalam Marketplace perlu dijelaskan lebih lanjut, karena standar kelayakan seorang guru sebenarnya tidak hanya bergantung pada bukti ijazah, tetapi juga pada pengakuan masyarakat akan perilaku dan integritasnya.

Saya teringat dengan kualitas pelayanan masyarakat di Jerman, misalnya, yang selalu meminta dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui kerjasama dengan pihak kepolisian.

Dokumen tersebut dikenal sebagai Führungszeugnis atau catatan kriminal. 

Ini tidak hanya berkaitan dengan keterlibatan seseorang dalam kegiatan kriminal, tetapi juga menunjukkan kualitas kepribadian yang baik. 

Seorang guru harus menjadi teladan bagi anak didik dan masyarakat secara keseluruhan.

2. Mentalitas misionaris para guru saat ini belum cukup kuat

Mentalitas misionaris yang saya maksud adalah bahwa sebagian besar guru kurang tertarik dengan penempatan di luar daerah asal atau di tempat-tempat yang sulit.

Bagaimana program Marketplace dapat berjalan jika sebagian besar guru tidak mau ditugaskan di tempat lain, di pulau lain, di kabupaten lain, atau di provinsi lain?

Namun, fenomena ini dapat berubah jika kesempatan penempatan di luar daerah asal diimbangi dengan gaji yang layak. 

Saya berbicara berdasarkan pengalaman pribadi pada tahun 2013 di Papua Barat, tepatnya di wilayah kabupaten Kaimana.

Saat itu, saya ditugaskan untuk memberikan pelayanan Paskah di daerah terluar Kaimana, yaitu Paparo. 

Wilayah tersebut terletak jauh dari kota, bahkan untuk mencapainya seseorang harus menyeberangi laut Arafura dengan ombak yang tinggi, yang bagi orang Papua adalah perbedaan antara hidup dan mati.

Di Paparo, ada bangunan Sekolah Dasar yang cukup besar dengan kompleks sekolah yang luas. 

Jumlah siswa di sana cukup banyak, sekitar 30-an atau bahkan lebih pada saat itu. Namun sayangnya, tidak ada satu pun guru yang tinggal di sana atau bersedia menjadi guru di sana.

Apakah rencana Marketplace dapat dijalankan dan apakah ada guru yang mau dan siap ditugaskan di sana? Tentu saja, sangat sulit untuk menghadapi tantangan kesulitan semacam itu.

Oleh karena itu, saya berpikir bahwa Marketplace dapat menjadi sangat baik, asalkan diimbangi dengan gaji yang berbeda dan semangat misionaris yang kuat.

Tanpa gaji yang memadai dan semangat misionaris yang kuat, saya yakin Marketplace hanya akan berfungsi di wilayah perkotaan yang sudah biasa, dan ini tidak akan menghasilkan pendidikan dan sumber daya manusia yang merata.

3. Totalitas dan keahlian seorang guru perlu sesuai dengan perkembangan zaman

Totalitas pengabdian seorang guru tidak bisa digantikan dengan pertimbangan lain. Namun, di desa-desa, seringkali guru juga memiliki pekerjaan sampingan. Mengapa hal ini terjadi?

Hal ini mungkin disebabkan oleh gaji yang tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Setiap guru memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, tergantung pada tempat tinggal mereka, jarak antara rumah dan sekolah, dan sebagainya.

Gaji yang kecil dapat mempengaruhi totalitas pengabdian seorang guru. Jika guru masih sibuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup 

Jika guru masih sibuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup mereka sendiri, kapan mereka akan memiliki waktu yang cukup untuk mengupdate diri agar tetap relevan dengan perkembangan zaman?

Dalam hal ini, saya sangat menghargai banyaknya guru yang tetap fokus dalam pengabdian mereka dan bahkan berbagi pengalaman melalui tulisan seperti yang dilakukan oleh para guru yang menulis di Kompasiana.

Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga merefleksikan segala sesuatu yang terjadi di ruang kelas. Mereka tidak hanya melihat, tetapi juga menganalisis seluk-beluk dan tindakan anak didik mereka.

Lebih dari itu, mereka berbagi kekayaan pengalaman mengajar dengan guru-guru lain dan juga dengan orang-orang dari profesi lain.

Salam hangat, Ino, 15 Juli 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun