Tertatih melangkah dari lereng gunung yang belum diberi nama. Terlihat puncak dari kejauhan dibalut awan, tinggi dan sunyi.
Cadas-cadas pada pagi hari itu berlumuran embun. Terlihat licin dan ada sinyal bahaya.
Waspada mulai dari langkah pertama hingga di puncak.
Meraih puncak dimulai dengan langkah pertama. Menepis lelah dimulai dengan keputusan tanpa melihat jauh ke depan.
Fokus pada telapak kaki sendiri dari waktu ke waktu saat melukis jejak di atas punggung batu cadas, itu pesan suara dari bisikan hati yang sedang dilema.
Dilema ingin meraih puncak, namun terasa di depan mata masih terbentang cerita tak beraturan. Ibarat batu-batu cadas yang pernah pecah dan retak, lalu tertanam tanpa arah.
Sendiri punya mata dan cara pandang, tentukan langkah selanjutnya tanpa berlama-lama. Hilangkan rasa takut dengan mengambil langkah yang pasti berikutnya.
Puncak hanya akan semakin dekat, jika langkah tidak pernah berhenti di tengah jalan. Selangkah demi selangkah, semakin dekat ke puncaknya.
Medjugorje dan letupan imajinasi menuju puncak mewariskan kata-kata dan pengalaman selangkah demi selangkah.
Puncak akan semakin dekat, ketika selangkah demi selangkah tidak lelah dan berhenti di pinggir jalan. Tak perlu juga menoleh ke belakang dan menulis cerita pencapaian terkini dan sekarang.
Bersyukur dari selangkah demi selangkah, tiba di puncak ketika kembang itu mekar di sana. Mekar di puncak karena selangkah demi selangkah.
Keindahan berada di akhir dari sesi pahit yang penuh lelah.
Jangan lupa, selangkah demi selangkah, semua akan tercapai dan akan ada mekar di puncak.
Salam berbagi, Ino, 7 Juli 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H