Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendukung Anak-anak yang Kehilangan Ayah: Peranan Komunikasi Suara sebagai Solusi Alternatif

5 Juli 2023   15:48 Diperbarui: 11 Juli 2023   00:36 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Amelia yang sedikit mengerti bisa mengatakan, "Ayah tega meninggalkan kami."

Gugatan yang paling menantang dan menggores hati tentunya.

Tapi, bagaimana pendapat Kirana dan Alisa? Keduanya tidak mungkin memiliki pendapat sendiri, selain mengharapkan pelukan dan kasih sayang dari sang ayah.

Air mata Kirana dan Alisa adalah ungkapan emosi yang tidak bisa diucapkan, dan siapa yang bisa memahaminya? 

Pemandangan ini benar-benar menggugah akal dan iman sekaligus.

Tidak mengerti dan satu jalan harapan

Saya menulis ini untuk meluapkan rasa sakit yang tidak hanya menjadi bagian dari pengalaman saudari dan keponakan saya, tetapi juga untuk mewakili kisah dan perasaan sebagian orang yang pernah ditinggalkan oleh ayah mereka.

Seorang teman saya ketika berbagi cerita ini, dia menulis, "Ich verstehe auch nicht, wieso manche Menschen so stark leiden müssen in ihrem Leben und andere nicht," yang berarti "Saya juga tidak mengerti mengapa beberapa orang harus menderita begitu banyak dalam hidup mereka dan yang lain tidak," atau saya tidak mengerti bagaimana bisa ada yang sangat menderita dan yang lain tidak."

Namun, di sisi lain, teman itu mencoba memberi dukungan dengan kata-kata ini, "Alles wird gut. Du weißt doch selbst. 

Es gibt immer einen Weg," yang berarti "Semuanya akan baik-baik saja. Kamu sendiri tahu itu. Selalu ada jalan."

Sebagai saudara, saya sendiri telah mengalami pertarungan batin seperti ini, apalagi saudari saya yang kehilangan suaminya dan harus memikirkan tiga puterinya yang masih kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun