Solusi alternatif dalam mengelola emosi anak-anak dapat ditempuh dengan berbagai cara, dan salah satu cara yang tidak bisa dilupakan saat ini adalah komunikasi suara, terutama ketika kita berada di ruangan yang berbeda. | Ino Sigaze.
Terkejut membaca topik pilihan Kompasiana tentang "Bagaimana mengelola emosi anak", pasalnya situasi keluarga saya sedang menghadapi kedukaan. Adik ipar baru saja meninggal dunia kemarin, dan ia meninggalkan tiga puterinya yang semuanya masih kecil.
Saat pertama mendengar berita kepergian suami dari adik perempuanku itu, saya sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Ya, sprachlos memang.
Sekitar lima menit kemudian, muncul pertanyaan bagaimana dengan tiga anak yang masih kecil itu. Mereka pasti kehilangan figur sang ayah.Â
Bagaimana rasa sakit mereka yang ditinggalkan oleh sang ayah terkasih? Meskipun saya tahu mungkin hanya puteri sulungnya, Amelia, yang bisa mengerti apa artinya kematian.
Dua puterinya yang lain, hanya bisa mengatakan bahwa papa sedang tidur.Â
Oh, sungguh tidak mudah ketika kita berbicara tentang bagaimana mengelola emosi anak.
Secara konkret, pada situasi itu, saya benar-benar merasa ditantang dalam cara saya yang berada jauh di Jerman untuk membantu keponakan saya secara emosional.
Cara alternatif mendukung anak-anak yang kehilangan ayah
Hari ini, saya bersyukur bahwa saya bisa melakukan panggilan video bersama Amelia, Kirana, dan Alisa.Â
Tapi sungguh-sungguh menyayat hati ketika melihat mereka menangis. Saya merasakan perbedaan antara melihat orang dewasa yang menangis dan anak kecil yang menangis ketika ayah mereka meninggalkan mereka selamanya.