Gereja Katolik masih sedang mempelajari fenomena ini lebih lanjut sebelum membuat keputusan resmi.
Meskipun demikian, Medjugorje terus menarik banyak pengunjung yang mencari pengalaman spiritual dan kedamaian di tempat yang dianggap sebagai tempat pertemuan antara bumi dan surga.Â
Banyak orang yang mengklaim telah mengalami perubahan positif dalam hidup mereka setelah mengunjungi Medjugorje, terlepas dari status resmi munculnya Bunda Maria di sana.
Banyak juga orang Indonesia yang datang setiap tahun, baik sebelum pandemi COVID-19 maupun setelahnya. Kenyataannya, tempat ini telah sangat terkenal, karena yang datang ke sana bukan hanya orang-orang Eropa, tetapi juga dari banyak negara, bahkan hampir dari semua benua.
Semua orang yang datang tidak mempersoalkan seberapa sulit mendaki gunung batu itu. Pengunjung yang datang hanya memiliki satu cara pandang baru, mereka mencoba untuk merasakan kedamaian di tempat itu.Â
Merasakan kedekatan dengan alam, keheningan, dan simbol-simbol spiritual bisa menjadi momen yang sangat personal di sana.
Secara pribadi, setelah menapaki puncak batu-batu itu, saya terus bertanya-tanya apa arti dari batu-batu tersebut. Sesekali, saya melihat tumpukan batu itu seperti sederetan hati manusia yang tercabik oleh persoalan dan dosa-dosanya.Â
Namun, batu-batu tersebut juga menjadi lambang jiwa-jiwa yang merana namun penuh harapan akan keselamatan dan belas kasihan Tuhan.
Satu hal yang saya alami dan benar-benar nyata dari pengalaman pendakian tersebut adalah sebuah ajakan untuk tunduk dan melihat ke bawah.Â
Ternyata, dengan menundukkan pandangan ke bawah, seseorang tidak akan jatuh atau tersungkur. Dari situlah saya menemukan pengalaman spiritual baru tentang menjadi fokus pada apa yang ada di bawah kaki.
Sesekali, saya mencoba mengangkat muka dan menatap ke atas dan ke bawah saat pulang. Namun, ketika itu, rasa takut pun muncul. Takut karena melihat kenyataan medan yang licin di depan dan dapat dengan mudah membuat seseorang terjatuh.Â