Tuhan adalah komunitas, persekutuan (Gemeinschaft) yang terus memberi dan menerima. Namun Dia tidak berdiam diri dalam diri-Nya sendiri. Â
Keputusan untuk memberi diri-Nya adalah sifat-Nya, memberikan diri-Nya dalam kasih kepada dunia dan manusia. Persekutuan gereja yang kita rayakan saat ini dimaksudkan untuk menjadi cerminan dari kasih itu.
Mampukah kita memancarkan cahaya kasih Allah kepada dunia dan manusia saat ini?
Teresa dari Avila, seorang santa dan mistik Spanyol abad ke-16, memiliki pengalaman spiritual yang mendalam dan pemahaman tentang Trinitas. Dalam tulisannya dia berbicara tentang Tritunggal sebagai misteri cinta dan kesatuan ilahi.
Teresa dari Avila mengakui bahwa Tritunggal terdiri dari tiga pribadi: Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus) dan Allah Roh Kudus.Â
Namun, dia menekankan bahwa ketiga pribadi ini tidak dapat dipisahkan dalam persatuan dan cinta mereka. Bagi mereka, Tritunggal adalah ekspresi persekutuan dan pengabdian ilahi.
Dalam tulisannya, Teresa dari Avila juga menggambarkan hubungan antara jiwa dan Trinitas. Dia menekankan pentingnya persatuan jiwa dengan Tuhan dan partisipasi dalam cinta ilahi.Â
Teresa berbicara tentang perjalanan batin jiwa menuju penyatuan dengan Tritunggal, yang dapat dicapai melalui doa, meditasi, dan pengalaman mistis.
Teresa dari Avila terpesona oleh kedalaman dan misteri Trinitas. Dia menekankan bahwa Tritunggal adalah sumber cinta, kenyamanan, dan bimbingan bagi orang percaya.Â
Bagi mereka, Tritunggal adalah jalan menuju kesempurnaan spiritual dan persatuan yang mendalam dengan Tuhan.
Penting untuk diperhatikan bahwa Teresa dari Avila menggunakan istilah kiasan dan kiasan dalam bahasanya dan penjelasannya tentang Trinitas untuk menggambarkan sesuatu yang pada akhirnya melampaui imajinasi dan pemahaman manusia.Â
Kata-kata dan pengalamannya mencerminkan keyakinan pribadinya dan hubungan mistisnya dengan Trinitas.