Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Perspektif yang Diprediksi Menjadi Sebab-Musabab Tutupnya Toko

4 Juni 2023   04:08 Diperbarui: 5 Juni 2023   11:26 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko Buku Gunung Agung (Tangkapan layar Instagram Toko Gunung Agung via kompas.com)

Sebaliknya, toko buku yang masih mempublikasikan karya-karya fiksi, imajinasi, sastra, pelatihan, dan penelitian ilmiah masih diminati oleh setidaknya generasi X, Y, dan Z."

5. Tantangan penerbitan mandiri (self-publishing)

Universitas Internasional Ilmu Terapan IUBH, bekerja sama dengan Books on Demand (BoD), sebuah pemimpin pasar dan teknologi di Eropa dalam bidang publikasi buku digital, telah melakukan penelitian tentang perilaku menulis dan membaca dari berbagai kelompok usia.

Hasil penelitian ini sangat mengejutkan, yaitu bahwa penerbitan mandiri buku secara independen sedang booming saat ini. Namun, yang unik adalah hanya 13% dari semua responden dari berbagai generasi yang menyatakan minat untuk menerbitkan karya mereka sendiri.

Apa yang dipublikasikan? Generasi Y dan Z memiliki preferensi sendiri dalam mempublikasikan karya-karya seperti tulisan ilmiah, jurnalistik, fakta, novel, sastra, dan panduan do-it-yourself.

Menariknya, meskipun generasi Y dan Z adalah generasi yang lebih akrab dengan digitalisasi. Penelitian itu sendiri menemukan hasil yang mengejutkan bahwa 56% dari mereka merasa khawatir bahwa tulisan mereka tidak akan dibaca, sedangkan 47% ragu bahwa tulisan mereka tidak akan dibeli oleh pembaca umum. Oleh karena itu, generasi Y dan Z menginginkan pendampingan dalam proses penulisan dan penerbitan.

Bagaimana dengan generasi X, Y, dan Z di Indonesia? Tentu saja, hal ini akan menjadi studi yang menarik jika ada penelitian yang terkait dengan hal tersebut.

Tutupnya toko buku di Indonesia dan di tempat lain mungkin disebabkan oleh dilema yang dihadapi oleh pembaca dari generasi X, Y, dan Z saat ini dalam mempublikasikan tulisan mereka sendiri untuk mendukung kecenderungan mereka yang lebih suka membaca melalui media sosial, e-book, dan blog.

Salam berbagi, Ino, 4 Juni 2023."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun