Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Pendekatan dalam Menanamkan Nilai-nilai Pancasila kepada Anak-anak

31 Mei 2023   10:14 Diperbarui: 2 Juni 2023   02:17 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 pendekatan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada Anak | Ilustrasi diambil dari inews.id

Namun, saya pernah merasa sangat kecewa saat itu, karena merasa tidak adil. Pasalnya, ada guru-guru yang jika berkunjung ke rumah, ibu saya menyiapkan makanan yang enak, seperti hidangan daging ayam, telur rebus, dan lain sebagainya.

Namun, ketika saya membuat kesalahan di sekolah, anehnya guru tersebut seolah tidak mengenali saya dan seperti melupakan jasa ibu saya yang telah menyediakan makanan enak tersebut.

Dulu saya pernah mengatakan kepada ibu bahwa lain kali jangan beri daging ayam, tapi cukup beri sayuran biasa saja. Alasannya adalah guru tersebut kejam di sekolah.

Waktu itu saya belum mengerti apa itu keadilan. Ternyata guru tersebut memahami dengan baik konsep keadilan, bahwa keadilan tidak dapat dibeli dengan makanan enak. Keadilan tidak dapat disogok.

Oleh karena prinsip keadilan tersebut, saya tidak dapat diperlakukan secara khusus di sekolah. Yang menarik adalah hal-hal konkret seperti itu bahkan dijelaskan kembali oleh guru di sekolah.

Katanya, "Oh, jangan berpikir bahwa saya akan memihak, karena orangtuamu baik dengan saya. Jangan harap. Kamu semua di sekolah ini sama, yaitu anak didik."

3. Sepak bola dan nilai musyawarah mufakat

Nilai-nilai Pancasila tidak hanya diajarkan oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah. Hal ini dikarenakan ada jenis-jenis nilai Pancasila yang dipelajari melalui interaksi sosial dan permainan.

Sebagai contoh, nilai musyawarah mufakat umumnya dipelajari oleh anak-anak saat bermain sepak bola. Perhatikan dalam ritme pertandingan, terdapat momen di mana mereka saling berjabatan tangan membentuk lingkaran dan mengucapkan semboyan tertentu.

Tidak hanya itu, ada juga momen di mana mereka berdiskusi bersama untuk merencanakan strategi tim mereka. Sebenarnya, nilai-nilai Pancasila sudah bisa dipelajari oleh anak-anak sendiri.

Bagaimana peran guru dalam hal ini? Tentu saja akan menjadi sangat menarik dan efektif jika setelah pertandingan terdapat pengarahan terkait nilai-nilai yang berhasil ditemukan di lapangan.

Saya pernah melakukannya pada masa pastoral tahun 2006, di mana hampir setiap pertandingan sepak bola di tingkat kecamatan diakhiri dengan pengarahan terkait nilai-nilai tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun