Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kesucian di Hari yang Fitri dari Perspektif Seorang Non Muslim

25 April 2023   22:19 Diperbarui: 3 Mei 2023   12:08 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya ia memperhatikan keragu-raguan saya tentang "di mana kita kenalan". Ia akhirnya mengatakan bahwa kami pernah berkenalan saat reboan online KJRI dan ibu itu pernah menjadi Hostnya.

Momen perjumpaan spontan itu menjadi begitu akrab. Apalagi ketika ibu itu menyebut namaku. 

Oleh karena itu, sebelum kami turun dan berjalan bersama ke wisma Indonesia, saya sempat membuat coretan kecil di Smartphone saya:

Siapapun yang mengetahui nama saya dapat berbicara denganku. Dia bisa memberitahuku sesuatu ternyata. Bisa berkomunikasi dengan saya. Bisa menyampaikan pesan tertentu untuk saya.

Sekarang ini saya ingin menulis namanya pada sebuah kartu. Saya akan menuliskan dengan baik, nama itu sangat berharga! Fitri dan Suci, itu namanya.

Jika bisa menikmati nama itu. Saya ingin menghiasi dinding tulisan saya hari ini dengan nama itu. 

Terbersit ajakan seperti ini: Pejamkan matamu sejenak dan dengarkan di dalam keheningan hatimu: jika ada suara yang dicintai dan akrab berbicara, berbisik, memanggil namamu - lukiskan itu seperti apa bunyi dan getarannya?

2. Perjumpaan dengan seorang ibu di wisama Indonesia

Setelah tiba di tempat acara, saya berjumpa dengan begitu banyak orang muslim. Kami bersalaman dengan ucapan: Selamat Idul Fitri, mohon maaf, lahir batin, sambil menyentuh ujung jari-jari tangan yang terkatup.

Dari sekian salaman itu, lagi-lagi saya terkejut oleh perkataan seorang ibu seperti ini: "Selamat ya, mohon maaf lahir dan batin. Jadi, sekarang kita di titik nol, karena sudah dimaafin semuanya."

Kata-kata itu menyentuh rongga saraf pendengaran saya yang paling dalam. Sekurang-kurangnya saya sudah mendengar berkali-kali ucapan Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin, tapi dengan penjelasan bahwa sekarang ini dengan mengucapkan mohon maaf lahir dan batin, maka kita berada di titik nol.

Apa sih artinya titik nol pada hari Idul Fitri?

Sebagai seorang Kristen, saya tentu saya sangat tersentuh dengan kata-katanya itu. Saya mengenal banyak orang muslim, dan baru kali ini saya mendengar sebuah penafsiran seperti itu.

Itu indah sekali. Ucapan itu dahsyat banget. Seperti seketika ia membuka cakrawala saya untuk melihat betapa dalamnya makna Idul Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun