Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budaya dan Kreativitas Menghayati Perayaan Jumat Agung

7 April 2023   02:33 Diperbarui: 7 April 2023   04:33 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lilin dan salib pada perayaan Jumat Agung di gereja Karmel Jerman | Dokumentasi pribadi oleh Ino Sigaze.

Sengsara Yesus Kristus dengan demikian merupakan peristiwa sentral dalam iman Kristen dan dipertimbangkan dan direfleksikan setiap tahun selama Pekan Suci di gereja-gereja di seluruh dunia.

Salib dari sudut Filsafat

Di Eropa yang mengenakan salib tidak harus orang Kristen. Salib dilihat sebagai karya seni. 

Bahkan ada yang melihat salib sebagai objek keindahan, objek sejarah seni dan sejarah budaya. (Bdk. Prof. dr Holger Zaborowski (Professor Filsafat di Fakultas Teologi Katolik di Erfurt-domradio.de).

Namun pada sisi yang lain itu menjadi simbol dari kenangan pahit penyiksaan, penderitaan bahkan kematian Yesus.

Pertanyaan yang menantang dari seorang Filsuf Jerman di atas adalah apa sebenarnya arti keindahan dalam konteks salib Kristus? Bisakah seseorang benar-benar berbicara tentang keindahan salib? 

Atau apakah itu hanya mungkin jika orang mengabaikan makna religius yang sebenarnya, termasuk pertimbangan sejarah, sedemikian rupa sehingga orang hanya menganggap salib sebagai objek museum?

Bagi sebagian yang tidak memiliki pandangan religius, maka salib tidak lain adalah objek seni dan produk budaya seni. 

Coba perhatikan ada banyak sekali orang yang membuat tato pada lengan, dada, di punggung dengan bentuk salib, padahal dia bukan seorang Kristen.

Dari sudut pandang Edith Stein

Edith Stein adalah seorang filsuf dan biarawati Karmel di Jerman yang hidup di abad ke-20 dan merupakan seorang Yahudi yang menjadi Katolik.  Dia banyak menulis tentang hubungan antara iman dan akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun