Sengsara Yesus Kristus dengan demikian merupakan peristiwa sentral dalam iman Kristen dan dipertimbangkan dan direfleksikan setiap tahun selama Pekan Suci di gereja-gereja di seluruh dunia.
Salib dari sudut Filsafat
Di Eropa yang mengenakan salib tidak harus orang Kristen. Salib dilihat sebagai karya seni.Â
Bahkan ada yang melihat salib sebagai objek keindahan, objek sejarah seni dan sejarah budaya. (Bdk. Prof. dr Holger Zaborowski (Professor Filsafat di Fakultas Teologi Katolik di Erfurt-domradio.de).
Namun pada sisi yang lain itu menjadi simbol dari kenangan pahit penyiksaan, penderitaan bahkan kematian Yesus.
Pertanyaan yang menantang dari seorang Filsuf Jerman di atas adalah apa sebenarnya arti keindahan dalam konteks salib Kristus? Bisakah seseorang benar-benar berbicara tentang keindahan salib?Â
Atau apakah itu hanya mungkin jika orang mengabaikan makna religius yang sebenarnya, termasuk pertimbangan sejarah, sedemikian rupa sehingga orang hanya menganggap salib sebagai objek museum?
Bagi sebagian yang tidak memiliki pandangan religius, maka salib tidak lain adalah objek seni dan produk budaya seni.Â
Coba perhatikan ada banyak sekali orang yang membuat tato pada lengan, dada, di punggung dengan bentuk salib, padahal dia bukan seorang Kristen.
Dari sudut pandang Edith Stein
Edith Stein adalah seorang filsuf dan biarawati Karmel di Jerman yang hidup di abad ke-20 dan merupakan seorang Yahudi yang menjadi Katolik. Â Dia banyak menulis tentang hubungan antara iman dan akal.