Wajar kalau dikatakan Gibran muda, ya ia belum beruban, tak ada kilauan rambut putih di kepala.
Sandi sang ayah melesat jauh tanpa jejak di tumpukan pasir di pusaran gelombang sepak bola dunia.
Tak bisa dibayangkan Gibran muda ternyata lebih berani dan bijak, daripada idaman sandi sang ayah.
Kancah politik Indonesia sering terpeleset oleh pernyataan-pernyataan konyol yang berbeda dari apa kata hatinya.
Di kira bijak itu kalau berpihak pada mereka yang sering berteriak di jalan-jalan.
Rambut putih ternyata tak selamanya bijak dan bisa diandalkan.
Salah kata, salah pernyataan, bisa-bisa berlaksa dukungan mundur tanpa berita.
Rambut pun mesti dicat ulang, lidahpun mesti dipoles sekian untuk meraih kembali kecewa jutaan orang muda pecinta sepak bola.
Politik Indonesia berputar-putar tanpa arah seperti gulingan bola.
Tak bisa berlagak lempar batu sembunyi tangan.