Tiba-tiba anaknya mengukur ibu jarinya dengan ibu jari ibunya. Tidak hanya itu, ternyata putranya ingin bermain-main jari dengan ibunya.
Ia menekan ibu jari ibunya, demikian juga ibunya berusaha menekan ibu jari putranya.Â
Keduanya bermain seru di depan mata saya. Di mata saya pemandangan itu bermakna banget. Oleh karena itu, saya berusaha mengambil satu gambar tanpa wajah mereka secara jelas.
Spontan saya langsung berpikir bahwa kisah ini adalah kisah bermakna untuk dibagikan di masa Ramadhan.Â
Setelah ibu dan putranya itu turun, saya  cepat-cepat menyimpan foto dan beberapa ide lepas untuk selanjutnya bisa ditulis lebih bagus lagi.
Pesan yang saya dapat dari cerita ini:
1. Sang ibu bisa mengambil peran bukan cuma sebagai ibu yang mengasuh, tetapi juga sebagai teman bermain.
2. Ibu memberikan kemungkinan-kemungkinan pilihan tanpa paksaan.
3. Ibu membuka wacana diskusi akrab dengan anaknya
4. Sang ibu bisa mengagumi anaknya dan anak merasakan kenyamanan pada ibunya.
Ibu dan kepercayaan diri anak laki-laki