Mengapa saya senang beli thrifting di Oxfam?
Sebenarnya orang kalau pakai gengsi ya susah untuk mampir ke Oxfam. Murah-murah bagaimanapun tetap beli di toko pakaian dan bukan di Oxfam Shop.
Pikiran ini yang membuat saya berani berburu thrifting di Oxfam yakni:
Lho orang pribumi di sini saja datang dengan mobil Mercedes mau mampir belanja di Oxfam Shop, lalu kenapa saya harus malu?
Ya, ada begitu banyak orang asli yang berbelanja di Oxfam Shop. Hal ini karena mereka tahu bahwa pakaian yang dijual itu sungguh bersih dan punya kualitas yang sangat bagus.
Tidak hanya itu, mereka merasa berharga karena apa yang mereka belanjakan itu justru disumbangkan untuk kepentingan bantuan kepada orang-orang yang tertimpa bencana, orang yang membutuhkan.
Saya pernah melihat seorang ibu yang sedang membeli sebuah jaket. Mungkin oleh karena saking murahnya, ibu itu memberi lebih 5 euro sebagai sumbangan. Ya, dari thrifting bisa diubah jadi caritas.
Perspektif terkait thrifting di Indonesia?
Konsep Oxfam Shop dengan beberapa prinsipnya mungkin saja bisa diterapkan di Indonesia. Dua hari kemarin, saya mendengar cerita seorang teman bahwa ada kenalannya yang membawa thrifting dari Malaysia begitu banyak dan telah ditahan oleh pihak keamanan.
Total biaya thrifting itu seluruhnya sekitar 1 Miliar. Mungkin dari kasus itu, muncul larangan thrifting. Pertanyaan sekarang, kalau jenis bisnis itu memang sudah dilarang dan sekian banyak pakaian itu ditahan. Lalu mau diapain?
Nah, tentu saja sangat tidak etis, kalau seandainya pihak yang menahan thrifting itu akhirnya diam-diam menjual barang tahanan itu.Â