Acara makan sudah berlangsung sejak sejam yang lalu. Saya menyalami yang lainnya. Lalu duduk di  atas kursi dekat sebuah meja bundar di tengah-tengah ruangan itu.
Suara-suara bermunculan, ayo ambil makan! "Ya, terima kasih", jawab saya. Rumah makan besar itu masih tampak sepi pada pukul 14.00 waktu Jerman.
Saya bergegas ke tempat hidangan bermacam-macam jenis makanan ala rumah makan Cina, all you can eat. Putaran pertama selesai, terasa masih bisa dilanjutkan ke putaran keduanya.
Fokus makan selalu dialihkan karena ada hal yang unik saat itu. Jonas, yang berusia 2 tahun berada persis di depan saya. Ya, satu meja bersama saya. Jonas sedang memegang eis cream.
Ingin melahap, namun dilarang ibunya. Jonas begitu kreatif dan aktif. Sesekali makan eis cream, coklat lalu berlari ke sana kemari. Perhatian semua yang hadir ditarik ke Jonas.
Anak kecil punya daya tarik yang unik. Unik sesekali berbahasa Indonesia, memanggil nama Ongkel Leon, dan yang lainnya. Jonas senang menunjukkan wajahnya yang ceria dengan senyum yang lebar.
Semua menyambutnya dengan tawa gembira. Sesekali ia berlari begitu cepat ke arah pintu. Semua sontak takut dan berteriak, "Jonas" Jonas kembali dipangku dan digendong ibunya.
Jonas jadi sorotan dan rebutan, selain oma 80 tahun. Membaca dan mengamati Jonas membuat saya harus berterima kasih kepada Jonas.
Jonas memberi saya ide untuk menulis. Menulis tentang anak kecil dengan kalimat-kalimat sederhana dan singkat. Sebuah perjumpaan dengan Jonas kecil yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Menulis itu akan jadi menarik kalau tak hanya membaca dunia kehidupan seperti tentang seorang oma 80 tahun, tetapi ada dalam tegangan yang imbang dengan gejolak aktif dan jenaka seperti Jonas yang berusia 2 tahun.
Antara oma Chatrien yang berusia 80 tahun dan Jonas yang berusia 2 tahun ternyata sama-sama telah memberi ide tentang kehidupan yang perlu ditulis.