Kebanyakan sopir mobil itu adalah polwan ternyata. Kok gitu ya? Ada apa ya? Saya menunggu bus di depan rumah dengan rasa ingin tahu.
Mobil polisi paling depan berhenti dan beberapa polisi turun dengan seragam yang tidak biasanya. Pasti ada sesuatu. Cuma saya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Bus dengan nomor 54 datang dan berhenti pada Haltestelle yang saya tunggu. Saya pun pergi dengan menggunakan bus itu, tapi mata saya tetap melihat ke arah barisan mobil polisi itu.
Saya pergi dengan membawa rasa ingin tahu yang tidak punya jawaban. Ah, sekarang saya mengerti bahwa tak selamanya rasa ingin tahu manusia itu menemukan jawabannya pada saat yang sama.
2. Amati perjumpaan dengan orang lain
Seorang penulis yang sepi dari ide-ide menulis, akan menganggap momen perjumpaan dengan orang lain itu seperti sedang membaca sebuah buku baru.
Buku baru yang saya baca hari ini mulai dari kisah ini. Saya masuk ke dalam ruangan makan rumah makan Cina di Frankfurt.
Aneh, tak ada yang saya kenal, meski kami sudah punya janji berjumpa pada hari ulang tahun ke 80 dari seorang Oma. Sebut saja namanya Oma Chatrien.
Melihat dan mencari itu proses yang pasti ada di kepala penulis. Bertanya itu paling cepat mengubah kesedihan menjadi jawaban.
Saya melihat 5 orang Oma usia 70 tahun ke atas duduk pada satu meja bundar. Tak segan-segan saya menyalami Oma Chatrien yang berulang tahun.
Tebaran senyum sukacita terlihat spontan dan membara. Cipika-cipiki dengan oma itu biasa seturut adat Jerman. Ruangan penuh. Suara riuh. Bunyi piring tidak teratur.