Alpha female dan filosofi sebutan perempuan Flores "Fai wazu ana azo "
Sejak tahun 1980-an sebagian besar kaum pria Flores punya pilihan merantau di Malaysia. Tidak sedikit dari kenyataan perantauan yang bernasib buruk, baik itu meninggal di Malaysia, maupun juga yang menikah dengan perempuan lain dan meninggalkan istri mereka di kampung.
Kenyataan itu menjadikan sang istri tidak punya pilihan lain, kecuali belajar menjadi tegar, membangun karakter kuat dan tegas dalam pilihan melanjutkan bahtera hidup rumah tangganya.
Oleh karena itu, masyarakat Ende, Flores misalnya mengenal ungkapan "Fai wazu ana azo atau dalam dialek Ende Lio "Fai walu ana halo."
Ungkapan itu secara otomatis berlaku untuk setiap ibu yang suaminya meninggal dan/atau yang menghilang begitu saja di Malaysia, tidak kembali tanpa kontak komunikasi.
Kategori sosial dalam masyarakat Ende, Flores mengenal ungkapan "Fai wazu ana azo" sebagai status "kurang mampu." Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa kehilangan seorang suami atau ayah bagi anak-anak umumnya terasa seperti sebelah sayap itu patah.
Ya, kenyataan yang dirasakan memang seperti itu pada awalnya, namun dalam perjalanan waktu, sang ibu akan otomatis menjadi seorang yang mandiri, punya karakter yang kuat, bahkan dominan dan tegar.Â
Kenyataan budaya yang keras dengan sistem adat yang kuat dipengaruhi oleh gengsi dan rasa malu, telah melahirkan alpha female dalam urusan pendidikan.
Ketegasan ibu alpha female dalam urusan pendidikan anak-anak mereka
Ada beberapa orang yang saya kenal, bahkan dari kalangan keluarga saya sendiri. Ibu alpha female menempatkan pendidikan anak-anak mereka sebagai prioritas utama.