Selami rahasia menulis di tengah kekecewaan, di sana ada kelegaan tanpa menjadikan orang lain dihakimi.
Februari, 28 2023 sebentar lagi akan pergi dan tidak akan kembali. Duh seandainya Februari adalah sahabat penulis, maka terasa sedih sekali.
Sedih karena hanya ada kemungkinan untuk membaca kembali tulisannya di masa lalu sampai hari kemarin. Tidak berlebihan rupanya tanggal dalam setiap tulisan tidak bisa diubah. YA, ada pencatatan otomatis.
28 Februari adalah tanggal terakhir dan hari Selasa adalah hari terakhir di bulan Februari. Apa yang bisa dititipkan untuk dikenang pada hari ini?
Ada beberapa titipan yang ingin saya berikan terkait pengalaman kekecewaan pada hari ini.
1. Tidak punya kesempatan untuk membeli cellfood
Dari pagi sampai siang saya berjalan kaki mengelilingi kota Mainz hanya untuk mencari jenis suplemen Cellfood. Suplemen itu tentu saja dijual di Apotik.
Sayangnya semuanya tidak menjual Cellfood, bahkan lebih menyedihkan lagi ternyata, mereka juga tidak bisa melayani pemesan dan pengiriman jenis Cellfood, katanya ada batasan aturan yang berlaku di sini.
Padahal niat untuk memberi teman yang sedang menderita kanker paru sudah tulus. Apa daya niat harus kembali dikurung. Tertinggal sepucuk doa pasrah, semoga dia sembuh.Â
Ketika kembali ke kamar dengan rasa lelah dan kecewa, saya berusaha mengolah hati. Pertanyaan yang muncul spontan adalah mengapa tidak ada kemungkinan yang terbaik untuk penderita kanker paru saat ini?
Mengapa akhir Februari saya harus berhadapan dengan pengalaman keterbatasan seperti ini? Tidak adakah cara lain agar orang-orang sakit bisa sembuh dan memperpanjang hidup mereka?
Mengapa sakit dan penderitaan ini menerpa orang-orang yang sedang punya gairah hidup?
Kekecewaan tidak bisa terobati, tanpa ada pengolahan hati sendiri. Pengolahan yang terbaik adalah menulis kekecewaan sendiri, menuangkan keterbatasan manusiawi ke dalam barisan kata-kata catatan harian.
2. Berjumpa dengan penjual roti yang ramah
Dari relung kekecewaan yang sedang membara dalam hati, saya datang ke sebuah toko roti untuk membeli roti dengan nama Roggenbrot. Dari kejauhan ia tampak sudah ceria.
Ia satu-satunya tukang roti yang sangat ramah. Ya, cuma dia sih yang bisa diajak bicara atau ngobrol sebentar saat kita membeli roti.
Keramahannya itu sungguh berkesan. Dia langsung spontan tanya, hai, apa kabar dan seterusnya. Saya tidak kalah juga memberikan respek berupa pertanyaan, kenapa selama ini tidak di sini.
Ternyata dia sedang ditugaskan di Filiale yang lain, karena katanya tidak dibutuhkan di tempat yang sekarang. Lalu, sekarang ia dikirim kembali ke tempat yang lama sekarang ini.
Wajah cerita ceria itu menjadikan pelanggan roti suka membeli roti di tempat itu. Alasan lainnya, dia juga sering beri bonus, misalnya ketika ada roti-roti yang baru dibuatnya, maka ia akan memotong kecil-kecil lalu memberikan kepada pelanggannya untuk mencicipi secara gratis.
Bahkan suatu ketika saya datang membeli roti pada pukul 19.30 malam. Waktu itu tinggal setengah jam, toko roti itu akan tutup, ia memberi saya beberapa roti yang sangat enak.
Hati saya sangat senang, karena rotinya enak, lalu diberi oleh sang bule yang ramah lagi. Ya, keramahan itu rupanya cara terbaik menarik pelanggan tetap betah menjadi pelanggan.
Rupanya keramahan dan memberikan bonus kecil itu adalah bagian dari trik bisnis.
3. Kecewa karena kehilangan data
Selama satu jam saya mempersiapkan bahan konferensi dalam bentuk file power point. File itu lengkap dengan gambar dan video lagu yang sangat menarik.
Saya sendiri senang banget dengan hasil kerja sendiri. Ya, puaslah seperti itu karena bisa menyelesaikan. Tiba-tiba, saya harus meninggalkan pekerjaan. Nah, pada saat itu, saya berusaha supaya data saya tersimpan, maka saya menekan tombol speicher atau save.
Tiba-tiba muncul tulisan tidak bisa disave. Ada apa lagi yang ya? Aneh sekali. Saya lalu menduga, kalau tidak di save untuk power point datanya tetap tersimpan.
Oh je, ternyata data yang sudah saya siapkan semuanya tidak ada yang tersisa. Data yang sudah dikerjakan semuanya hilang. Sambil menarik nafas, terdiam sebentar; kenapa ya harus saya alami seperti ini? Bagaimana cara untuk mengembalikannya?
Jawaban yang terakhir adalah saya harus ikhlas dan mulai baru lagi untuk mengerjakan dengan lebih hati-hati. Ya, daripada hilang mendingan di save ke format pdf saja.
Menyesal selalu datang terlambat. Kecanggihan teknologi terkadang juga tidak bisa kompromi. Sekali terhapus, ya tetap terhapus, sekali tersimpan yang tetap tersimpan.
Kenapa hari ini banyak kecewanya?
Kecewa itu baik. Tanpa ada kekecewaan hari ini, maka saya tidak bisa menulis apa-apa. Nah, hari ini saya belajar satu hal baru lagi. Menulis kekecewaan itu cara terbaik menyembuhkan kekecewaan sendiri.
Siapa sih yang tidak pernah mengalami kekecewaan dalam hidup? Tentu saja tidak ada. Yang pasti ada, tentu saja tidak semua orang bisa menemukan cara yang tepat untuk mengobati kekecewaannya.
Dari situ saya bersyukur sekali bahwa pada hari terakhir di bulan Februari 2023 ini, saya menemukan cara mengobati kekecewaan sendiri.
Menulis itu ternyata bisa mengobati kekecewaan. Nah, mungkin teman-teman bisa juga mencoba. Tapi, bukan supaya menulis di facebook lalu mempersalahkan orang lain.
Menulislah secara objektif perasaan hati kita, tanpa menjadikan orang lain kambing hitamnya; bagi saya itu menjadi cara yang baik untuk menolong diri sendiri sehingga tidak larut dalam kekecewaan.
Menulis itu ternyata bagian dari cara orang mengolah hati dan mengendalikan diri.
Salam berbagi, ino, 28.02.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H