Rasa tidak percaya sebenarnya adalah ungkapan protes tentang perang, mengapa harus terjadi? Perang itu seakan mustahil karena semua orang sudah tahu dampak dan konsekuensinya, tapi mengapa harus terjadi?
4. Belajar mengubah pola pikir
Tidak mudah banget untuk membiasakan diri dengan pola pikir baru bahwa sekarang memang sudah perang. Hidup dalam perspektif baru terkait kenyataan yang suram itu memang tidak mudah.
Perang itu tidak jauh dalam pandangan penulis Ukraina. Bagaimana bisa menerima kenyataan tentang sesuatu yang mengerikan ini bisa terjadi?
5. Perang menentukan segalanya
Satu hal yang sangat kuat menggambarkan bahwa perang itu sungguh suatu kejahatan, karena perang itu menentukan segalanya, apakah orang lain suka atau tidak suka.
Tidak ada lagi namanya perang itu bisa menghargai kebebasan manusia. No way. Oleh karena itu, saya bisa mengerti pengungkapan seorang penulis Ukraina di atas bahwa perang menentukan cara pengambilan keputusan.
Dari uraian di atas jelas bahwa lebih baik kita berjuang untuk berdamai sebelum terjadi perang. Jalan perdamaian itu mesti dimulai sejak konflik kecil dan bukan dibicarakan ketika perang sudah dimulai.
Tuhan masih bisa diakui eksistensinya ketika hati manusia itu dipenuhi damai, tapi ketika perang sudah terjadi, orang mungkin diam-diam menganggap Tuhan sudah mati.
Manusia tidak pernah terhindarkan dari sorotan pertanyaan eksistensial, dan tidak ada seorangpun yang bisa memberikan jawaban yang tepat, benar dan memuaskan jika orang yang mendengarkannya tidak dalam hati yang damai.
Belajar dari perang Rusia-Ukraina, Indonesia mesti waspada supaya tidak terjadi perang. Jalan diplomasi, dialog dan komunikasi yang baik dengan negara-negara lain memang paling tepat agar terhindar dari perang yang kejam itu.